BANDUNG - Ketua Umum Gerakan Hejo
Eka Santosa mengaku sangat prihatin atas musibah yang menimpa warga di sejumlah
titik di Kabupaten Pangandaran. Namun demikian, musibah itu bukan datang
sendiri melainkan akibat kerusakan hutan di bagian hulu, seperti bukit dan
kawasan hutan.
"Hutan dirusak, pohon-pohon
dibalak, akibatnya di hilir banyak warga menjadi korban. Apalagi sudah menelan korban jiwa,
saya kira pelaku perusakan hutan harus ditangkap, adili sesuai Undang
Undang," ungkap Eka Santosa kepada sejumlah awak media di Alam Santosa,
Pasir Impun, Kab. Bandung, saat menyikapi musibah Pangandaran, Sabtu
(7/10/2017).
Aktivis lingkungan yang kini
getol menganalisa kebijakan para pimpinan daerah di pemerintahan itu, tidak
merasa heran jika pada musim hujan muncul bencana longsor dan banjir.
Masalahnya, gubernur tidak tegas, sehingga bupati di daerah dibiarkan apatis
terhadap kerusakan lingkungan.
Bagi Eka Santosa, musibah banjir
dan longsor merupakan bukti kecerobohan kita memperlakukan alam. Kondisi ini sebagai
akibat rusaknya hutan di daerah atas. Misalnya, akibat penebangan sporadis oleh
sekelompok oknum maupun pihak Perum Perhutani.
Bahkan saat ini, menurut Eka
Santosa, sedang terjadi bentrokan antara pihak Perum Perhutani yang didukung
oknum tertentu dengan masyarakat daerah Langkap Lancar yang mempertahankan hutan
lindung agar tidak ditebang.
"Perkiraan saya akan terjadi
terjadi bencana lebih hebat di daerah bawah sekitar Pangandaran, Parigi, dan Cijulang.
Jika di daerah hulu (Kec. Cigugur dan Langkap Lancar) ditebang, dihancurkan
secara sporadis, terus menerus tetapi tidak dihentikan, maka saya mengingatkan
kembali kepada sebuah institusi yang
dianggap paling bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan di daerah
hulu sungai," papar Eka.
Eka juga mengatkan aparat penegak
hukum segera bertindak tegas kepada pihak yang berlindung atas nama rakyat. Mereka
terus menerus merusak hutan di sekitar daerah Cigugur dan Langkap Lancar atau Pangandaran
bagian atas.
"Termasuk daerah Kec. Sidamulih
yang saat ini terkena bencana, adalah bupati Pangandaran harus bertanggungjawab
atas bencana yang diakibatkan rusaknya lingkungan dan hutan di daerah hulu
sungai. Termasuk putusnya jembatan Putrapinggan dalam musim hujan tahun kemarin,"
tambah Eka.
Sebagai sesama orang pakidulan,
Eka Santosa merasa prihatin dan ikut sedih atas musibah bencana alam yang terus
menerus terjadi di wilayah Kab. Pangandaran. Sebagai penggagas berdirinya Kab.
Pangandaran, Eka Santosa menyampaikan belasungkawa yang amat mendalam kepada keluarga
korban longsor di Kec. Sidamulih.
"Saya juga merasa cemas akan
nasib masyarakat Pangandaran dimasa mendatang, jika aparat tidak bertindak tegas
terhadap pihak yang terang-terangan dan aktraktif terus-terusan membabat hutan
secara membabi buta. Saya serukan, tangkap mereka..!!!" pungkas Eka
Santosa dengan nada geram.(isur)
Foto 1: Joggie (edited)
Foto 1: Joggie (edited)
No comments
Post a Comment