BUDIDAYA kopi di lahan PHBM (Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat) menjadi salah satu cara efektif mengalihkan kegiatan
para perambah hutan. Sehingga budidaya merupakan salah satu usaha prospektif
yang mesti mendapat perhatian pemerintah. Namun, hingga kini masih terkendala
sarana-prasarana, khususnya mesin penggiling Grinder.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Tirta Lestari Desa Cipancar Kecamatan Leles Kabupaten Garut, saat ini tengah
mengembangkan penanaman kopi bibit unggul jenis Robusta Sumatera (Kopi Eyang).
Pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Ketua Gapoktan Tirta Lestari
Nandang Suherman kepada IntroNews, Rabu
(17/1/2018) mengungkapkan, penanaman Kopi Eyang itu dilakukan di lahan seluas
40 hektare miliknya, dan lahan para petani yang tersebar di 13 kelompok lainnya.
Komoditas itu dikemas dalam
bentuk kopi bubuk. Karena Kopi Robusta Sumatera memiliki keunggulan tersendiri,
buahnya lebat. Dalam satu tanaman mampu menghasilkan ratusan biji kopi.
Kopi Eyang itu kopi asal Garut diminati
banyak orang dan permintaan pasar pun terus meningkat. Nandang mencatat, budidaya
tanaman kopi dan usaha kopi di Garut makin berkembang dalam beberapa tahun
terakhir. Sedangkan luas lahan untuk budidaya tanaman Kopi Robusta itu baru mencapai
40 hektare.
"Kopi yang ditanam di tanah
vulkanik yang berpasir, itu rendemennya paling bagus, dan ini kebanyakan berada
di dalam kawasan hutan," ungkap Nandang.
Nandang mengakui, permintaan
pasar atas kopi masih cukup tinggi. Namun karena lemah di tingkat regulasi, pemasaran
kopi robusta pun sering menemui kendala. "Sebab sarana dan perasarana
untuk pengolahanya masih minim," keluhnya.
Dari luas lahan tanaman kopi yang
40 hektare dengan jumlah tanaman kopi 1,3 juta pohon itu, 50 persennya sudah bisa
menghasilkan. "Sasaran utama pemasaran dipasok ke sejumlah supermarket,
termasuk pengiriman ke Jakarta, Bandung, Sumatera dan wilayah lainnya," kata
Nandang.
Menurut karakternya, tanaman kopi
bisa diproduksi hingga usia 2 tahun. Terutama dua jenis kopi yang saat ini diminati
masyarakat, yakni Kopi Arabika dan Robusta. Sedangkan dari hasil rekayasa, jenis
kopi terbilang cukup banyak.
Nandang mencontohkan kopi luwak yang
merupakan turunan dari kopi rabusta. "Kali ini kita sering membahas jenis Kopi
Robusta yang cukup populer di dunia dan jenis kopi yang paling banyak diminati,"
tandas Nandang lagi.
Pihak pemerintah desa menyambut
positif pengembangan kopi di wilayah Cipancar yang cukup menguntungkan petani. Pemeliharaan
tanaman kopi oleh petani diharapkan optimal. Tujuannya agar tumbuh subur dan
kelak berbuah banyak sehingga menghasilkan uang dan hidup sejahtera.
Selama ini petani di Cipancar hanya
menanam padi, jagung, sayuran lokal yang hasilnya masih minim dan kurang
menguntungkan. Dengan pengembangan bibit kopi memungkinkan petani mendapat penghasilan
lebih untuk meningkatkan kesejahteraan.(sighar)
No comments
Post a Comment