BANDUNG - Rektor Universitas
Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud mengungkapkan,
dalam indeks scopus, UIN menduduki posisi kedua di bawah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
"Namun dalam soal HAKI, UIN SGD
Bandung menempati urutan pertama," tandas Mahmud dalam pidato Dies Natalis
ke-50 Tahun UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Selasa (10/4/2018).
Pada hari itu, UIN Bandung
menggelar Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-50 di Aula Anwar Musadad, Jalan
Cibiru, Bandung. Pada kesempatan itu, hadir Menteri Agama, Lukman Hakim
Saifuddin, para guru besar serta civitas akademika UIN Bandung.
Yang menarik dari Dies Natalis kali ini, Ketua Sidang Senat Terbuka Profesor Nanat Fatah Natsir mendiklair, selama 50 tahun berlangsung UIN Bandung telah mengukir berbagai prestasi.
Berdasarkan hasil survei
Kemenristek Dikti tahun 2017, dari ratusan Perguruan Tinggi binaan Kementerian
Agama (Kemenag) RI, UIN Bandung termasuk tujuh besar tertinggi, tepatnya berada
di urutan keempat.
"Kita sudah melompat di
nomor empat, melebihi UIN Sunan Kalijaga," ujarnya disambut antusias hadirin
sambil menyebutkan ketujuh perguruan tinggi keagaman negeri terbaik. Nanat
mengumumkan, tujuh perguruan tinggi itu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sutan Syarif Kasim Riau, UIN SGD Bandung, UIN
Walisongo Semarang, UIN Antasari Banjarmasin, dan UIN Yogyakarta.
Diakuinya, prestasi UIN Bandung tidak
lepas dari jasa para pendiri dan mantan rektor, mulai dari Prof. Anwar Musadad
sampai rektor saat ini Prof. Mahmud. Sementara itu berdasarkan webometric,
dari sekitar 12 ribu perguruan tinggi dunia, UIN Bandung berada di urutan 8.237.
"Di Indonesia, UIN Bandung
di urutan 76 dari lebih 150 perguruan tinggi top," terangnya. UIN Bandung
asal namanya IAIN didirikan pada 8 April 1968. IAIN ganti nama menjadi UIN pada
10 Oktober 2005.
Sejak awal berdirinya hingga
kini, pengembangan keilmuan UIN Bandung berparadigma wahyu memandu ilmu
dalam bingkai akhlakul karimah. Itulah jargon yang selama ini dilansir rektor
mutakhir Prof. Mahmud. "Kembangkan jadi riset university yang unggul di
level regional maupun internasional," kata Nanat.
Dalam serangkaian Dies Natalis
UIN SGD Bandung yang ke-50 tahun ini, dikukuhkan tiga guru besar pada Sidang
Senat terbuka, Rabu (28/3/2018) di Aula Pascasarjana Kampus II Jalan
Soekarno-Hatta, Bandung. Pengukuhan tersebut dilakukan langsung oleh Rektor UIN
SGD Bandung, Mahmud.
UIN Bandung patut berbangga
karena di kampus itu ada 1000 lebih dosen dan yang menjadi guru besar mencapai
30 orang. Mahmud memberi amanat dan meminta agar guru besar baru itu bersyukur
namun memiliki tanggung jawab akademik dan sosial yang harus dilaksanakan
dengan baik.
Ketiga guru besar yang
dikukuhkan itu dosen di jurusan Sejarah dan Perdaban Islam pada Fakultas
Adab dan Humaniora, Sulasman, dosen Ilmu Fiqih pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Nina Nurmila, dan dosen Ilmu Ekonomi Islam pada Fakultas Syari’ah dan
Hukum, Mohamad Anthon Athoillah.
Sementara itu Mengeri Agama
Lukman Hakim dalam pidatonya menuturkan, sudah seharusnya UIN Bandung
mengembangkan inovasi dalam pendidikan agama. Itulah yang menjadi ciri
perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI).
Transformasi IAIN menjadi UIN
tidak boleh mengakibatkan terpinggirkannya bidang keilmuan dan kajian Islam
yang justru menjadi distingsi dibanding universitas umum. Menag berharap kampus
ini harus menjadi pionir terobosan yang mencerminkan integrasi ilmu keislaman
dan ilmu umum.
"Kampus akan dianggap besar,
tidak selalu karena memiliki prodi di semua disiplin ilmu, tapi karena memiliki
kekhasan yang tidak dimiliki kampus lain," kata Menag.(isur/rls)
No comments
Post a Comment