PANGANDARAN - Sejumlah tukang
becak yang kerap mangkal di Pasar Pananjung, mencurahkan keluh kesah dan isi
hati mereka kepada Calon Wakil Gubermur Jawa Barat nomor urut satu, Uu Ruzhanul
Ulum saat berkunjungan ke sejumlah pasar tradisional di Pangandaran, Minggu siang
(27/5/2018).
Para tukang becak ini
menceritakan berbagai hal kepada Kang Uu, termasuk persoalan pendapatan
sehari-hari yang selalu pas-pasan bahkan tak mencukupi kebutuhan hingga
kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib mereka.
Menurut Udin pujiono (55), salah
satu tukang becak warga Babakan, pendapatannya selalu mengalami pasang surut.
Paling banter, pendapatan rata-rata harian tak pernah lebih dari Rp50.000 dalam
dua hingga tiga kali menarik penumpang.
"Itu juga kalau lagi bagus.
Kalau lagi sepi, malah enggak dapat uang. Pendapatan segitu pasti enggak cukup
buat kebutuhan sehari-hari. Tapi, ya, dipas-pasin aja," kata Udin kepada
wartawan selepas dijumpai Kang Uu.
Lain lagi Sodikin (45),
pendapatan harian terus menurun lantaran orang-orang saat ini telah memiliki
kendaraan pribadi dan moda transportasi lain. Kehadiran jasa transportasi
berbasis aplikasi android juga memperparah keadaan.
"Kami juga belum diperhatikan
pemerintah. Enggak ada bantuan. Harapan saya pemerintah memberikan bantuan
kepada rakyat kecil. Bantuannya dalam bentuk apa saja," kata Sodikin.
Untuk mengongkosi kebutuhan
dapurnya, Sodikin mengerjakan pekerjaan lain di luar tarik becak. Ia kerap menjadi
kuli bangunan hingga kuli angkut barang di pasar. Ia mengaku tak sanggup
beralih profesi lantaran keterbatasan kemampuan.
Tukang Semir Sepatu
Kang Uu juga menyempatkan diri
menggunakan jasa semir sepatu di Pasar Parigi. Sambil menunggu sepatunya rampung
disemir, Kang Uu berbincang dengan tukang semir bernama Maman Suherman (59) warga
Desa Cibenda.
Maman juga mengeluhkan pendapatan
hasil jasa servisnya yang terbilang pas-pasan. Tarif semir yang Maman patok Rp10.000/pasang,
jahit Rp25.000, sedangkan sol sepatu hingga Rp100.000. Dalam sehari, ayah empat
anak ini hanya mampu menghasilkan Rp25.000 hingga Rp50.000.
Dia bukan tak mau beralih
profesi. Sebelum membuka jasa servis sepatu, Maman sempat membuka usaha ternak
ayan kampung. Usaha tersebut gulung tikar lantaran kehabisan modal.
"Saya pernah jadi buruh
kasar, tapi enggak betah karena kerjaannya berat, gajinya kecil. Kalau ada
bantuan modal dari pemerintah, insya Allah saya mau usaha lagi. Karena
kesulitan yang dialami pedagang kecil itu biasanya soal modal," kata
Maman.
Menurut Kang Uu, terhadap para
pekerja rentan sektor informal tersebut pemerintah harus peduli. Pemerintah
wajib memberikan pendidikan dan pelatihan kemampuan dasar sehingga mereka tak kesulitan
memilih dan menjalankan profesi.
"Solusi bagi mereka adalah pendidikan,
karena pendidikan mengubah paradigma pola pikir dan ekonomi seseorang.
Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada mereka supaya wawasannya berubah. Kalau
tidak berubah, mereka akan begitu-begitu saja," kata Uu.
Rindu memiliki program bantuan
kredit usaha masjid sejahtera kepada warga yang termasuk ke dalam golongan
ekonomi lemah. Kredit diberikan cuma-cuma tanpa jaminan kepada ibu-ibu yang
sanggup menghafal Alquran. Skemanya, ibu-ibu penghafal satu juz Alquran akan
mendapat pinjaman Rp1 juta, Rp2 juta untuk dua juz, dan seterusnya.
"Untuk golongan ekonomi
lemah, Rindu sudah punya beberapa program, termasuk program Kredit Mesra, itu
akan menyentuh kepada tukang cendol, tukang cilok, tukang becak, tukang sol
sepatu. Kalau tidak diberi bantuan, mereka akan kembali pinjam ke lintah darat. Pengembaliannya luar biasa
sangat mahal. Maka di sini pemerintah harus ada solusi," papar Kang Uu.(isur/rls)
No comments
Post a Comment