TIDAK banyak yang
tahu seperti apa proses penilaian Tim Seleksi Kemenag RI untuk calon rektor UIN
SGD Bandung. Yang pasti, enam kandidat rektor sudah ada di tangan Menteri
Agama. Adem-adem tentrem, begitulah ungkapan orangtua dulu
menggambarkan situasi kampus UIN Bandung saat ini.
Keenam
calon dimaksud antara lain:
1. Prof Dr Aan Hasanah (Guru Besar Ilmu Pendidikan
Psikologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan)
2. Prof Dr Agus Salim Mansyur (Guru Besar Ilmu
Kurikulum Fakultas Adab dan Humaniora)
3. Prof Dr Mahmud (Guru Besar Ilmu
Pendidikan Sosial Fakultas Tarbiyah dan Keguruan)
4. Prof Dr Moh. Najib (Guru
Besar Ilmu Hadits Fakultas Syariah dan Hukum)
5. Prof Dr Muhtar Solihin (Guru
Besar Ilmu Tasawuf Fakultas Ushuluddin)
6. Prof Dr Rosihon Anwar (Guru Besar
Ilmu Tafsir Fakultas Ushuluddin)
Bisik-bisik sebagian kalangan kampus menyebutkan, kepemimpinan Prof Mahmud rektor saat ini dianggap
kurang greget. Seperti tidak ada kemajuan. Sementara bisik-bisik sebagian kelompok lainnya
menyatakan segudang prestasi Profesor Mahmud yang menggelindingkan teori 'Wahyu Memandu
Ilmu' itu.
Jika harus
dirinci nampaknya tidak akan tertuang seluruhnya di tulisan ini prestasi
Profesor Mahmud. Seperti yang dapat dipantau, Prof Mahmud adalah rektor UIN
yang sejak 2015 berupaya menggiring status akreditasi UIN Bandung menjadi A dari
BAN PT yang dicapai pada akhir masa jabatannya di tahun 2019.
Itu tidak
mudah. Prof Mahmud juga sukses mengawal dan menyelesaikan pembangunan kampus II
di Jalan Soekarno-Hatta yang sekarang dihuni mahasiswa Pascasarjana dan Fakultas
Tarbiyah & Keguruan, begitu pun ia sukses membangun kampus III khusus
mahasiswa pentahfiz Quran di Cileunyi Kab Bandung. Masih banyak keberhasilan Prof
Mahmud lainnya yang piagam dan plakatnya terpampang di ruang utama Aljamiah al
Islamiyah ini.
Namun demikian
keberhasilan UIN Bandung versi rektorat ternyata tidak berbanding sejajar
dengan pelayanan terhadap mahasiswanya. Sejumlah mahasiswa menyatakan, tidak
ada pengaruh yang signifikan dari kepemimpinan Prof Mahmud.
Salah satu
mahasiswi UIN Bandung, sebut saja Riska YI menilai, selama dirinya menjadi
mahasiswa UIN Bandung, dia tidak merasakan ada yang luar biasa atas
kepemimpinan Profesor Mahmud, bahkan biasa-biasa saja.
Soal sosok
yang pantas menjadi rektor UIN Bandung, mahasiswi berparas ayu ini menghendaki
rektor nanti memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk bersuara. Riska tidak
mau rektor yang membungkam kebebasan berpendapat para mahasiswanya.
"Mau rektor
yang memberikan peluang bagi mahasiswa buat bersuara, transparan soal dana
kampus, dan sosok yang dekat dengan mahasiswa," ungkap Riska tanpa beban.
Dengan
perubahan sistem pemilihan yang tidak lagi dilakukan Senat Universitas, Riska mewakili
ribuan mahasiswa lainnya mengaku bergembira karena Tim Seleksi Kemenag dan
Menteri Agama sendiri bisa mendengar keluh-kesah dan keinginan para mahasiswa
atas rektor lama menyongsong rektor barunya itu.
Seperti diketahui, penetapan dan
pengangkatan rektor perguruan tinggi keagamaan yang diselenggarakan pemerintah
akan dilakukan oleh menteri agama (menag), bukan lagi melalui pemungutan suara
(voting) senat universitas. Ketentuan baru ini tertuang dalam Peraturan Menteri
Agama (PMA) Nomor 68 Tahun 2015.
Seperti menaruh perasaan dendam atas
sistem pemilihan rektor sebelumnya, para mahasiswa kini berani bersuara meski tidak
melalui aksi massa. Mereka ada yang menulis puisi, essai, analisa, bahkan
unek-unek agar Menteri Agama tidak salah memilih rektor baru UIN Bandung
periode 2019-2023.
Paling lantang dari suara mahasiswa itu
adalah "Rektor Bersih yang Tidak Korup, Tidak Kolusi, Tidak Nepotisme (Tidak
KKN)". Kalau calon rektor nanti terindikasi melakukan praktek KKN secara
diam-diam maupun terang-terangan, maka Menteri Agama diminta segera menganulir para
calon dimaksud. "Kita butuh rektor yang hebat, tapi bersih," kata mahasiswa pascasarjana yang hanya ingin namanya diinisial HG.
Visi Kampus Unggul
Sedikit melongok isi dari visi yang
dilontarkan Prof Mahmud yang dituangkan dalam naskah visi-misi kepemimpinannya
periode berikut. Naskah itu akan menjadi alasan Prof Mahmud memimpin kembali
rektorat UIN SGD Bandung masa bakti 2019-2023.
Kata Prof Mahmud dalam naskah
visi-misinya: Visi kepemimpinan yang akan menjadi pijakan dalam memimpin UIN
Sunan Gunung Djati Bandung adalah mewujudkan perguruan tinggi Islam yang unggul
dan kompetitif di era revolusi industri 4.0 berbasis wahyu memandu ilmu.
Sementara itu Prof Mahmud juga
menuangkan misi yang akan ia kerjakan pada periode kepemimpinan berikutnya.
Misinya hampir sama dengan yang ia dengungkan saat ia menjadi calon rektor
periode 2015-2019.
Namun ada yang unik dari suksesi rektor
UIN Bandung ini. Istilah Wahyu Memandu Ilmu yang viral sejak kepemimpinan Prof
Mahmud periode itu, kini menjadi motto kandidat lainnya di pemilihan
rektor UIN Bandung kali ini, yakni Prof Agus Salim. Direktur Pascasarjana UIN
SGD Bandung itu bahkan menuangkan mottonya di naskah visi-misi yang ia kirim ke
Tim Seleksi Kemenag RI di Jakarta. Curi
ide kah? [IS]
Dari berbagai sumber
Foto: uinsgd.ac.id
_______________________
BERIKUTNYA: Siap-siap Telusuri Kasus Dugaan Korupsi Sertifikasi Guru Libatkan Pejabat UIN Bandung ...!!!
No comments
Post a Comment