SEJAK
2 Mei 2019 lalu, enam kandidat Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sudah didaftarkan
ke Kemenag RI. Artinya sudah ada enam calon yang akan digodok tim dari Menteri
Agama untuk ditentukan satu calon terhebat dan terpantas menjadi Rektor UIN SGD
Bandung masa bakti 2019-2023.
Keenam
calon dimaksud antara lain, Prof Dr Aan Hasanah (Guru Besar Ilmu Pendidikan
Psikologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), Prof Dr Agus Salim Mansyur (Guru Besar Ilmu
Kurikulum Fakultas Adab dan Humaniora), Prof Dr Mahmud (Guru Besar Ilmu
Pendidikan Sosial Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), Prof Dr Moh. Najib (Guru
Besar Ilmu Hadits Fakultas Syariah dan Hukum), Prof Dr Muhtar Solihin (Guru
Besar Ilmu Tasawuf Fakultas Ushuluddin) dan Prof Dr Rosihon Anwar (Guru Besar
Ilmu Tafsir Fakultas Ushuluddin).
Para
calon sudah lolos adminstrasi pada tahapan penjaringan, tahapan pemberian
pertimbangan dan penetapan calon rektor oleh Senat Universitas dari tanggal 23
sampai 25 April 2019. Ending dari hasil pengujian tahan-tahapan di kampus UIN
Bandung itu diumumkan pada 26 April 2019 lalu, dan pada 2 Mei 2019 berkas
keenam kandidat resmi dikirim ke Jakarta.
Kampus Global
Terlepas
dari soal proses penggodokan di Kemenag RI, secara kasat mata suasana di kampus
agamis ini tidak begitu nampak dan terlihat adem-adem saja seperti tidak
terjadi suksesi. Pemilihan rektor UIN Bandung kali ini dilakukan di tingkat Kementrian
Agama, tidak lagi dilakukan Senat Universitas. Para guru besar hanya memberi
rekomendasi setelah melalui proses penjaringan oleh panitia yang diketuai Prof Dr
Oyo Sunaryo Mukhlas itu.
Di
tengah ketenangan kampus UIN Bandung itu, sejumlah tokoh civitas akademika,
para dosen maupun mahasiswa secara diam-diam menyuarakan istilah 'Kampus Global'
Go Internasional dan 'Kampus Gender'. Tahun ini saatnya gender perempuan yang memimpin dan
rektor yang berwawasan internasional. Dari enam kandidat itu hanya satu calon perempuan
dan memiliki jaringan luas di dunia internasional, yakni Prof Aan Hasanah.
Kenapa
harus Prof Aan Hasanah? Beberapa sinyalemen muncul di sini. Prof Aan Hasanah
selain cerdas, teliti, mewakili kaum perempuan intelek, juga lulusan luar
negeri. Kata pepatah sunda, sanajan
wanoja tapi moal ngisinkeun (Meski seorang perempuan tetapi tidak akan memalukan)
kampus di mata internasional.
"Pidato
Prof Aan Hasanah dalam bahasa inggris sangat mahir dan berbobot. Prof Aan
Hasanah juga memiliki jaringan internasional yang cukup baik. Saya kira akan
membawa wibawa kampus UIN Bandung dimata dunia," ungkap Beni Asyaebani,
salah satu dosen UIN Bandung, saat berdiskusi dengan INTRONEWS pekan ini.
Mengenai
calon yang dianggap bersih dari praktek kolusi apalagi korupsi, Beni hanya
menyebutkan Prof Aan Hasanah dan Prof Rosihon Anwar. "Kalau yang lainnya,
saya tidak tahu. Setahu saya dua guru besar itulah yang terbilang bersih,"
tandas Beni.
Salah
satu guru besar UIN Bandung, Prof Dr Endin Nasrudin, nampaknya menaruh rasa apatis
terhadap para calon. Khusus mengenai kapasitas keenam calon, saat dihubungi
melalui android Prof Endin Nasrudin hanya berkata belum terlihat tuh. Tetapi
Endin Nasrudin sepakat kampus UIN Bandung harus 'Go Internasional'.
Kabar
dari kalangan kampus, upaya para kandidat mungkin saja dilakukan di tingkat
kementerian alias kasak-kusuk. Karena lolosnya para kandidat sangat ditentukan
oleh tim yang dibentuk Menteri Agama. Kalau saja ada yang kasak-kusuk ke orang-orang
partai di Jakarta, kata sumber yang enggan disebut namanya, mungkin saja Prof
Agus Salim yang sudah bertemu Megawati Soekarno-Putri.
Segera: Profil Prof Dr Aan Hasanah ....Berikutnya
No comments
Post a Comment