INILAH rupanya pemikiran yang sangat
canggih untuk memperkenalkan UIN SGD Bandung kepada dunia internasional. Sesungguhnya
UIN Bandung adalah pusat pemecahan masalah-masalah berat (Problem Solving) yang
dihadapi masyarakat, bangsa, negara dan dunia internasional.
Demikian salah satu buah pemikiran Guru
Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN SGD Bandung yang juga Ketua ICMI Jawa
Barat, Prof. Dr. H. Moh. Najib, M.Ag saat berdiskusi dengan INTRONEWS seputar
UIN Bandung masa depan. Itu salah satu dari empat obsesinya tentang UIN Bandung.
Tiga obsesi lainnya, UIN Bandung harus
dikembalikan kepada tujuan pendirian IAIN semula, yakni meng(ulama)kan sarjana
dan men(sarjana)kan ulama. Kemudian optimalisasi amanat Perpres soal
perpindahan IAIN menjadi UIN sebagai studi ilmu Agama (Islam). Obsesi Prof Najib
lainnya, UIN Bandung sebagai pusat peradaban dunia.
"Obsesi lainnya, saya ingin UIN SGD
Bandung menjadi pusat perwujudan Tridarma Perguruan Tinggi tercanggih di
Indonesia dan dunia," ungkap Prof Najib. Jika ini terwujud, kata Najib, Indonesia
akan menjadi sorotan dunia sebagai negara berperadaban tinggi dan studi ekonomi
paling baik, karena semuanya ada dalam genggaman alquran dan assunah.
Mencontoh
Al Azhar Kairo
Najib mencontohkan persoalan paling sederhana
perekonomian nasional. Lihat negara Mesir, pemerintahannya pernah meminjam uang
kepada Al Azhar Kairo. Pengelolaan canggih dana wakaf oleh sebuah perguruan
tinggi yang bisa menyelamatkan nasib negaranya yang terpuruk akibat gejolak
politik. "Bisakah UIN Bandung menjadi seperti Al Azhar? Sangat mungkin
bisa," kata Najib.
Di Mesir, seperti diprakarsa Al Azhar
Kairo, sumber pendapatan itu dari zakat, infaq, sodakoh, dan wakaf (ZISWa).
Dengan ZISWa itu negara saja bisa dibantu jika sedang krisis ekonomi. Sedangkan
di Indonesia menganut sumber pendapatan dari pajak.
"Jika UIN Bandung memprakarsai
pemanfaatan ZISWa sebagai pengelolaan ekonomi Islam, insya Allah kita bisa
bantu ekonomi nasional," kata Najib yang juga mantan wakil rektor UIN
Bandung bidang kerjasama ini.
UIN
Unggulan
Seperti yang ia tulis dalam dokumen visi
misi calon rektor UIN SGD Bandung yang diterima panitia penjaringan atas nama
Bambang Hidiyantono untuk diajukan ke Menteri Agama, visi UIN yang akan
dibangun selama 4-5 tahun ke depan adalah "Menjadikan Perguruan Tinggi UIN
SGD Bandung sebagai Universitas Islam yang Unggul, Kompetitif, Pusat
Pengembangan Peradaban, serta Termaju di ASEAN pada Tahun 2020-2025".
Yang cukup terkesan dari diskusi dengan Prof
Najib, ia meniatkan diri jadi rektor UIN SGD Bandung bukan untuk mengejar
kekayaan. Katanya untuk menjadi orang kaya itu bukan harus menjadi pejabat,
tetapi menjadi pedagang ayam saja.
"Menjadi pejabat itu wujud pengabdian,
ibadah, dan imaroh (mengelola alam/kehidupan). Target dan tujuan fokus kepada
pengembangan UIN Bandung menjadi kampus berkualitas. Lulusannya menjadi pusat
orang bertanya tentang segala urusan kehidupan manusia di muka bumi," paparnya.
Saat pertama bertemu, tim redaksi
terkesima saat melihat Prof Najib
mengendarai sepeda motor saat akan diwawancarai di Masjid Cinunuk, Cibiru
Bandung. Baginya kesederhanaan bukanlah wujud kelas bawah atau merendahkan
derajat seseorang, tetapi efektivitas dan kecepatan.
Banyak orang menyangka seorang guru
besar sebuah perguruan tinggi kenamaan layaknya menggunakan mobil saat bertemu
koleganya, bagi Prof Najib itu tidak terlalu penting. "Kalau saya jadi
rektor pun, masih bisa menemui seseorang dengan menggunakan sepeda motor. Bisa
menembus kemacetan," tandas Najib.
Ramadhan
di-SKS-kan
Di Kota Bandung saja terdapat puluhan
masjid besar yang memerlukan pembinaan dari kalangan akademisi UIN Bandung.
Kerjasama UIN dengan Pemkot Bandung dalam bentuk KKN tahunan dan masuk SKS,
maka fungsi Pengabdian Kepada Masyarakat dari mahasiswa UIN Bandung semakin
fokus.
"Tidak hanya KKN pada semester VII
tetapi setiap bulan suci Ramadhan sebulan penuh diisi kajian-kajian tentang
Islam oleh mahasiswa UIN di masjid-masjid se-Bandung Raya. Kalau di-SKS-kan
akan lebih bermanfaat bagi masyarakat," usul Najib.
Tidak hanya soal ramadhan, Najib juga
melirik persoalan Sungai Citarum yang pernah distempel sebagai sungai terkotor
sedunia. Tidak hanya oleh sampah, Citarum juga dicemari paling besar oleh
limbah pabrik.
Pihaknya mengapresiasi program tujuh
tahun Citarum Harum Juara. Andaikata ia menjadi rektor UIN Bandung, 20.000
mahasiswa akan dikerahkan secara berkala dan bergiliran untuk membersihkan bantaran
Sungai Citarum dari sampah. "Sangat dimungkinkan untuk masuk SKS, program
membersihkan Sungai Citarum," kata Najib.[IS]
No comments
Post a Comment