BANDUNG
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Gunung Djati (SGD)
Bandung dan Forum Dekan Ilmu-Ilmu Sosial Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia
menggelar Conference Internasional on Social and Political Science (ICOSPS)
2019.
Seminar
ini bertajuk "Perkembangan dan Kontribusi Ilmu-Ilmu Sosial dalam
Pembangunan di Era Mienial” dan dibuka Sekretaris Daerah Jawa Barat Dr. H. Iwa
Karniwa S.E.Ak., M.M.,CA., PIA, di Hotel Savoy Homann, Jl. Asia Afrika No.112,
Cikawao, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Kamis (11/7/2019).
Prof.
Dr. Rina Indiastuti, S.E., MSIE (Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI), Dr. Helen McLaren (Flinders University,
Australia), Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf, (Direktur Center for Buddhist-Muslim
Understanding, College of Religious Studies, Mahidol University, Thailand),
Prof. Dr. Hazizan Md. Noon (Associeate Profesor International Islamic
University Malaysia), Prof. Dr. Ronald A Lukens-Bull (Profesor Antropologi dan
Studi Keagamaan di University of North Florida, Amerika) tampil sebagai
pembicara utama.
Dalam
sambutannya, Sekda Jabar mengajak para akademisi mewujudkan Jabar juara lahir
batin. Karena percepatan pembangunan suatu daerah perlu didukung berbagai
pihak. Salah satunya dengan melibatkan akademisi untuk mendapatkan sinergi dan
dukungan dari pihak universitas.
Dengan
pertemuan Dekan Ilmu-Ilmu Sosial se-Indonesia dan Konferensi Internasional ini
dapat menghasilkan rumusan rencana kolaborasi dan rencana aksi antara pemerintah
dan akademisi. Khususnya antara Pemprov Jabar dengan UIN SGD Bandung sebagai
penyelenggara kegiatan dalam berbagai bidang, termasuk aspek pembangunan.
Dalam
membangun masyarakat Jawa Barat tidak hanya pembangunan fisiknya melainkan diimbangi
juga dengan pembangunan batinnya. Pembangunan infrastuktur sama pentingnya
dengan subuh berjamaah, magrib mengaji, satu hafidz satu desa, one pesantren
one product dan lain sebagainya.
Selain
itu, pembangunan pemerintah provinsi Jawa Barat juga mengedepankan sustainable development dimana setiap
pembangunan memperhatikan tiga aspek yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan
sehingga keseimbangan antara tiga aspek tersebut tetap sejalan dan harmonis
menuju visi Jawa Barat juara lahir batin.
Untuk
para akademisi, kami mengundang untuk dapat bersinergi dengan pemerintah daerah
provinsi Jawa Barat untuk mengembangkan Jawa Barat dengan teori-teori
keilmuannya mendampingi para aparatur sipil bersama dengan profesional lainnya.
“Karena
pembangunan di provinsi Jawa Barat mengedepankan model pentahelix dimana dalam
pembangunan diperlukan dukungan ABCGM yaitu akademisi, bisnis, comunitas,
goverment dan media. Apabila kelima unsur ini bersama-sama berpartisipasi dalam
pembangunan, tentunya beban pemerintah tidak akan terlalu berat,” ujarnya.
Dekan
FISIP, Dr. H. Sahya Anggara, M.Si menjelaskan Forum Dekan Ilmu-Ilmu Sosial PTN
se-Indonesia dibentuk pada tahun 2008. Namun, Forum Dekan ini dilegalkan pada
tanggal 5 Desember 2016 dengan SK Menkumham dengan Nomor AHU-0080084.A.H.01.07.Tahun
2016.
"Forum
Dekan ini merupakan gabungan PTN dan PTKIN mulai dari FISIF, FISIPOL, FIS, FIA,
FIKOM, FIDKOM, FAKPOLPEM, FEMA, STIA LAN, STKS sampai Politeknik Ilmu
Kemasyarakatan," kata Sahya didampingi Dr. H. Encup Supriatna, Drs., M.Si,
Dr. Muhammad Zuldin, M.Si., Dr. Hamzah Turmudzi, M.Si. dan Dr. H. Moh. Dulkiah,
M.Si.
Dekan
FISIP ini menuturkan, jumlah anggota forum yang tergabung pada Forum Dekan ini
sebanyak 74 Fakultas pada 63 Perguruan Tinggi Negeri. Kegiatan Forum Dekan
dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun.
“Dengan
konten kegiatan yang memberikan sumbangsih pemikiran terkait dengan
perkembangan akademik, perkembangan prodi, perkembangan fakultas, kepedulian
sosial kemasyarakatan, perkembangan situasi dan kondisi bangsa,” paparnya lagi.
Pertemuan
Forum Dekan Ilmu-Ilmu Sosial PTN di Bandung ini diawali dari kedatangan paserta
pada tanggal 9 Juli 2019. Kemudian jamuan makan malam oleh Gubernur Jawa Barat,
M. Ridwan Kamil di gedung Pakuan pada malam harinya tanggal 10 Juli 2019.
Hari
ini, 11 Juli 2019 digelar Internasional Conference menghadirkan pembicara utama
dari Australia, Thailand, Malaysia, Amerika. Baru pada malam harinya dilakukan
jamuan makan malam oleh Walikota Bandung di gedung Pendopo.
Pada
tanggal 12 Juli 2019 keliling Kota Bandung menggunakan Bus Bandros. Esok
harinya dilakukan field study ke daerah wisata Kawah Putih dan Situ Patengan diakhiri
jamuan makan malam oleh Bupati Bandung di gedung Moh. Toha.
Dekan
FISIP menyampaikan, Konferensi Internasional ini dimaksudkan agar peserta Forum
Dekan dapat memberi sumbangsih dan berperan serta dalam memberikan solusi dan
penanganan masalah-masalah sosial di tengah-tengah masyarakat, kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Konferensi
Internasional ini bertujuan: pertama, menambah pengetahuan dan pemahaman
akademisi tentang perkembangan ilmu-ilmu sosial pada era milenial. Kedua, hasil
dari forum dekan dan international conference dapat memberi masukan kepada
pihak terkait dalam kebijakan pembangunan demi lancarnya pembangunan nasional.
Pengarusutamaan Ilmu Sosial
Dekan
FISP menegaskan Konferensi Internasional ini menargetkan capaian, Pertama, para
peserta dapat berartisipasi aktif memberikan gagasan-gasannya dalam
mengidentifikasi masalah sosial di Indonesia melalui paper yang diberikan
kepada panitia. Kedua, panitia memiliki dokumen digital ide dan gagasan
peserta. Ketiga, terdapat buku prosiding hasil kegiatan yang terindeks nasional
dan internasional.
Di
Era milenil ini pembangunan adalah salah satu solusi untuk memperbaiki keadaan
kearah yang lebih baik. "Sebab sejatinya pembangunan memang merupakan
suatu proses perubahan dalam segala bidang kehidupan baik yang dilakukan secara
sengaja maupun tidak di sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu," kata
dia.
Diakuinya,
ilmu-ilmu sosial berperan dalam mengawal pembangunan berbasis konsep
Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda dunia pembangunan untuk
kemaslahatan masyarakat. Terlebih, masyarakat Indonesia pada era milenial
dihadapkan pada berbagai problematika, baik sosial, politik, ekonomi, budaya,
maupun teknologi.
Oleh
karena itu, pengarusutamaan ilmu sosial dalam pembangunan generasi milenial
menjadi penting dikukuhkan. "Sebab selama ini terdapat fenomena
peminggiran (marginalisasi) ilmu-ilmu sosial dalam pembuatan kebijakan baik
pada level lokal maupun nasional, bahkan internasional," ujarnya.
"Mudah-mudahan
melalui Forum Dekan dan Konferensi Internasional ini dapat memberikan
kontribusi pemikiran terhadap segala penyelesaian persoalan-persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara tercinta," pungkasnya.[rls/IS]
Sumber dan foto: Humas UIN SGD Bandung
No comments
Post a Comment