BANDUNG - Untuk menyiapkan dosen muda berakhlak karimah dan
berwawasan keilmuan, Konsorsium Wahyu Memandu Ilmu (WMI) UIN Sunan Gunung Djati
(SGD) Bandung menggelar Short Course WMI angkatan pertama di Kampung Sampireun
Garut dari tanggal 13 sampai 15 Agustus 2019.
Acara short course WMI yang diikuti 105 dosen muda berstatus
aparatur sipil negara (ASN) ini dibuka langsung Wakil Rektor II, Prof. Dr. H.
Oyo Sunaryo Mukhlas, M.Si., yang didampingi Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Asep
Muhyidin, M.Ag., Prof. Dr. H. M. Anton Athoillah, MM, Ketua Konsorsium WMI,
Sekretaris Konsorsium WMI, Dr. Irawan, S.Pd., M. Hum.
Short course angkatan pertama ini merupakan salah satu ikhtiar
kampus dalam menyiapkan dosen-dosen muda agar kelak menjadi dosen berakhlak
karimah dan berwawasan keilmuan nondikotomis, menghargai eksistensi ilmu-ilmu
agama dan ilmu-ilmu umum secara bersamaan dalam kehidupan.
"Saya atas nama rektorat sangat mengapresiasi kegiatan ini
dalam rangka mencetak dosen muda ASN sebagai penerus bangsa, pemimpin dan pejabat
di lingkungan kampus yang memiliki wawasan keilmuan yang luas, unggul,
berakhlak karimah dan berkepribadian WMI," tegas Prof. Oyo Sunaryo, Rabu
(14/08/2019).
Sebagai bukti dari ikhtiar membiasakan akhlak karimah dan
kepribadian WMI pada saat pembukaan dilakukan Khotmul Qur'an yang dipimpin
langsung Prof. Dr. H. M. Anton Athoillah, MM. "Mudah-mudahan dengan pembinaan
pegawai yang diawali Khotmul Qur'an ini dapat memberikan spirit dan menjadi
penciri atas khasan WMI. Oleh karen itu, kebiasaan ini harus terus disebarkan
melalui proses pembelajaran di kelas, melalui kurikulum," jelasnya.
Diakuinya, sejak berubah dari IAIN menjadi UIN SGD Bandung pada 10
Oktober 2005, pengembangan paradigma keilmuan yang lebih mencerahkan terus
dilakukan, agar orientasi keilmuan UIN SGD Bandung tidak mandeg dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan
zaman.
Pada tahun 2006, UIN SGD Bandung membentuk Konsorsium Bidang Ilmu.
Konsorsium ini bertugas merumuskan paradigma keilmuan baru yang tidak
fragmentaris tetapi dialektis dan nondikotomis. Lembaga ini berhasil merumuskan
paradigma keilmuan UIN SGD Bandung yang lebih inovatif dan mencerahkan, yakni
Wahyu Memandu Ilmu.
Pada tahun 2015 nomenklatur Konsorsium Bidang Ilmu diubah menjadi
Konsorsium Keilmuan Wahyu Memandu Ilmu (KK-WMI), disingkat Konsorsium Wahyu
Memandu Ilmu (K-WMI).
Menurutnya kegiatan short course ini merupakan tindak lanjut dari
rekomendasi Sidang Pleno Rapat Kerja UIN SGD Bandung tahun 2019 bidang
akademik, penelitian dan pengabdian nomor 6, bahwa K-WMI harus membantu
meningkatkan kualitas dan kepribadian SDM, terutama dosen muda, agar kelak
menjadi dosen yang kompetitif secara akademik dan profesional secara
manajerial.
"Semoga apa yang dilakukan oleh para pendahulu dalam bingkai
wahyu memandu ilmu ini terus menjadi khazanah yang selalu diwariskan kepada
generasi mendatang, sehingga keberadaan WMI tidak hanya sebagai jargon UIN SGD,
tapi mesti menjadi spirit yang terus berusaha dan mendorong budaya akademik,
sehingga dapat melahirkan sarjana yang memiliki wawasan keislaman rahmatan lil
alamin dan berakhlak karimah," paparnya.
Short course WMI angkatan pertama ini menghadirkan 18 narasumber
diantaranya Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS., penggagas WMI, yang mengulas
tentang sejarah dan metafora WMI; Prof. Dr. H. Asep Muhyidin, M.Ag., yang
menyampaikan materi Ilmu kalam; Prof. Dr. H. Oyo Sunaryo Mukhlas, M.Si.,
membahas tentang prospek dan jenjang karir dosen; Prof. Dr. H. Rahmat Syafei,
MA. Lc. yang juga Ketua MUI Jawa Barat, mengkaji tentang Ilmu Fiqih; Prof. Dr.
H. Idzham Fautanu, M.Ag. yang membahas tentang sejarah sains dan peradaban
Islam; Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ., M.A. yang membahas tentang Ulumul
Quran; Prof Dr. H. M. Subandi Drs. Ir. MP. yang membahas tentang Biologi
Teoretis; Prof. Dr. Hj Rahayu Kartadinata M.Pd. yang membahas prinsip-prinsip
dasar ilmu matematika; Dr. H. Mujiyo M.Ag. membahas Ilmu Hadis; Dr. H. Bambang
Qomaruzaman membahas tentang Pendekatan Sufistik Dalam WMI; Dr. Mada Sanjaya,
WS. MSi., PhD. yang membahas materi Fisika Teoretis; Dr. Asep Supriadin S.Si.,
M.Si., yang membahas Ilmu Kimia Teoretis; dan Dr. Dede Suhendar M.Si., yang
membahas tentang Pendekatan Saintifik Dalam WMI.
Dalam konteks nasional, Prof. Dr. H. M. Anton Athoillah, MM, Ketua
Konsorsium WMI menegaskan short course WMI ini, merupakan wujud keseriusan UIN
SGD Bandung menjadi pelopor dalam mengaktualisasikan misi integrasi ilmu yang
sedang dikaji oleh Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Tinggi Islam Kementerian
Agama Republik Indonesia.
"Negara mengamanahkan untuk terjadinya Intergarsi keilmuan
antara ilmu agama Islam dengan ilmu umum di PTKI. Integrasi keilmuan yang
dimaksud untuk memperkuat program pendidikan tinggi bidang ilmu agama Islam
yang diselenggarakan," jelasnya.
Perubahan IAIN ke UIN, untuk UIN SGD Bandung dan UIN Alauddin
Makassar dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan, kebutuhan dan mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas di bidang ilmu pengetahuan agama Islam
serta proses integrasi antar bidang ilmu agama Islam dengan bidang ilmu umum.
"Oleh karena itu, integrasi bidang ilmu agama Islam dengan
ilmu umum menjadi penting. Melalui jargon WMI, UIN SGD Bandung lebih percaya
diri dalam membangun bangsa dan negara Pancasila yang diharapkan dapat
melahirkan Islam rahmatan lil alamin dalam konteks global, moderasi Islam untuk
konteks nasional dan WMI bagi lokal UIN SGD Bandung," ujarnya.
Bagi Prof Nanat integrasi ilmu agama dan ilmu umum di lingkungan
UIN SGD Bandung, mengilustrasikannya dalam “filosofi atau metafora RODA”
Ilustrasi filosofi RODA ini menandakan adanya titik-titik
persentuhan, antara ilmu dan agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu,
kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan integrasi keduanya.Maka lokus
pandangan keilmuan UIN SGD Bandung yang utuh itu dibingkai dalam metafora
sebuah roda. Fungsi roda dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan untuk masa
mendatang diharapkan mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama
dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa
sebagai tanggungjawab yang diembannya.
Kekuatan roda keilmuan UIN SGD Bandung ini dapat memacu kreativitas
untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan
bidang kehidupan secara dinamis. Karenanya, agar ilmu dan agama mampu selalu
mentransendesi dirinya dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian
tradisi, penguasaan teknologi dan pembangunan bangsa seiring dengan perubahan
global dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan praktis dari keduanya.
Prof Nanat berharap "melalui epistemologi WMI, ilmu-ilmu
keagamaan Islam harus menjadi spirit, titik pijak bagi atau dalam kajian
ilmu-ilmu umum. Oleh karena itu, short course WMI menjadi penting untuk
mencetak dosen muda berakhlak karimah," tuturnya.
Dr. Irawan, S.Pd., M. Hum. menegaskan, spirit keilmuan WMI itu
lahir dari rahim UIN SGD Bandung. Oleh karena itu, seluruh sivitas akademika
wajib memelihara, mengembangkan dan menerapkannya. "Konsorsium WMI hadir
untuk mengomandoi amanat ini. Watak Konsorsium keilmuan ini kolaboratif, maka
bermitralah dengan siapa pun sepanjang itu baik dan bermanfaat,"
pungkasnya.[rls/IS]
Sumber dan foto: Humas UIN SGD
Bandung
No comments
Post a Comment