BANDUNG - Selama ini, terutama sejak pergantian gubernur Jawa Barat
dari Ahmad Heryawan (Aher) kepada Ridwan Kamil (RiKa) alias Kang Emil, banyak persoalan
Jawa Barat masih terkandas dan perlu ditangani serius. Dengan terbentuknya Kaukus
Pasir Impun yang digagas Eka Santosa, gubernur Jawa Barat tidak lagi sendirian.
Banyak tokoh yang ikut ambil bagian membereskan Jawa Barat.
Fenomena tersumbatnya saluran ekpresi dalam kaitan permaslahan
politik, ekonomi, sosial, dan budaya di tataran Jawa Barat, baik itu di lingkup
pilar demokrasi melalui perangkat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif,
rupanya perlu ada saluran alternatif.
“Ini solusi praktis itu, diantaranya. Kita berkumpul lintas partai
di sini, tanpa sekat yang kaku, misalnya. Lalu, membincangkan hal yang krusial
disertai dengan solusi, serta disesuaikan dengan akses yang kita miliki
masing-masing,” papar Yomanius Untung, politisi Partai Golkar Jawa
Barat.
Tuan rumah Eka Santosa, sosok yang malang melintang sebagai
politisi Jabar baik di tingkat regional maupun nasional sejak era 1980-an, pada
Rabu, 9 Oktober 2019, di kediamannya di Kawasan Eko Wisata dan Budaya ALam
Santosa, Cimenyan Kabupaten Bandung, menjamu rekan-rekan sesama politisi lintas
partai di Jabar. Ia sepakat dengan yang dikatakan Yomanius Untung.
“Kebekuan, mandeknya komunikasi yang alami dan bebas, perlu
dipecahkan melalui perkumpulan seperti kaukus ini. Mau namanya Kaukus Pasir
Impun atau apalah, terserah saja. Terpenting, jangan buru-buru
diformalkan. Biarkanlah, kegiatan kaukus
ini berlangsung secara natural,” jelas Eka dengan nada santai.
Sementara itu Ginanjar politisi Partai Gerindra Jawa Barat disertai
rekannya Budi Hermansyah dari Partai Hanura Jawa Barat, bersepakat forum ‘Kaukus
Pasir Impun’ ini, ke depan biar menggelinding secara alami saja.
“Yang meramaikan itu adalah seberapa kuat dan intensif sebuah topik
yang kita bahas, di lapangan menjadi solusi yang mensejahterakan banyak pihak,
rakyat Jabar itu,” kata Ginanjar yang pada masa-masa mendatang akan melibatkan
rekan-rekannya dari partai lain.
Segudang Masalah ..
Jalannya diskusi yang semakin hangat pada sore hari itu, mengupas sub
topik ‘Jabar Harus Bangkit’ seperti kata Budi Hermansyah. Lalu bagaimana,
caranya Jabar ini harus bangkit?
Perihal rencana interpelasi DPRD Jabar ke Gubernur Jabar Ridwan
Kamil, tampaknya cukup banyak dibahas para politisi yang punya pandangan
berbeda. “Intinya para politisi dan rakyat Jabar ingin tahu apa yang ada di
benak Kang Emil selama setahun ini dan ke depannya untuk pembangunan di Jabar?”
kata Budi Hermansyah yang diamini semua peserta ‘Kaukus Pasir Impun’.
Sepakat dalam hal rencana interpelasi ini, semua peserta
menginginkan Gubernur Jabar dewas ini membuat tatan hubungan yang baru dengan
para politisi di Jabar. “Biar, jelas nih apa yang hatus kita padukan,” papar
salah seorang peserta.
Pemekaran Desa
Masalah lainnya yang cukup seru dan intensif dibahas adalah mengupayakan
minimal 6 calon daerah otonomi baru (DOB) di Jabar. Disepakati DOB ini
bertujuan agar pelayanan publik lebih dekat dengan masyarakat. Dengan hadirnya
DOB diharapkan pemerintah baru ini mampu lebih fokus mengelola warganya dalam
upaya meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Tahun ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sesuai dengan RPJMD Jawa
Barat yang direvisi akan mengusulkan 6 calon DOB di Jawa Barat. Wacana yang
beredar di publik kini ada 16 presidium calon DOB.
Konsep ini jika dirinci antara lain: Kabupaten Bogor Barat (Kabupaten Bogor), Bogor Timur (Kab. Bogor),
Bogor Selatan (Kab. Bogor), Sukabumi Utara (Kab. Sukabumi), Pajampangan (Kab.
Sukabumi), Cianjur Selatan (Kab. Cianjur), Bandung Timur (Kab. Bandung), Bekasi
Utara (Kab. Bekasi), Indramayu Barat (Kab. Indramayu), Cirebon Timur (Kab.
Cirebon), Garut Selatan (Kab. Garut), Limbangan Garut Utara (Kab. Garut), dan
Kabupaten Tasikmalaya Selatan (Kab. Tasikmalaya). Sedangkan untuk calon DOB
wilayah kota yakni Kota Cipanas (Kab. Cianjur), Kota Cikampek (Kab. Karawang),
dan Kota Lembang (Kab. Bandung Barat).
“Prioritas bagi 6 DOB di Jabar, harus hati-hati dan adil. Saya
malah punya gagasan bagaimana kalau saat ini justru kita kembangkan dari
sekitar 6.000–an desa menjadi 9.000–an. Toh, esensinya relatif sama
dengan mensejahterakan rakyat. Bukankah salah satu upaya DOB ini dalam kaitan
peningkatan penganggaran. Bila anggaran untuk setiap desa pun meningkat,
relatif hampir sama saja. Bukankah masih banyak desa yang bisa dimekarkan,”
kata Yomanius yang secara terbuka mempersilahkan pihak lain untuk mengkritisi
idea ini.
Bahas Keroyokan
Di luar masalah pengembangan atau prioritas enam DOB di Jabar, juga
dibahas keseimbangan hubungan antara legislatif dan eksekutif, baik di tingkat
teoritis maupun praktis sesuai pengalaman mereka masing-masing.
Sementara itu ‘Kaukus Pasir Impun’ kali pertama yang diakhiri
dengan makan bersama nasi liwet ala Eka Santosa. selama perbincangan
berlangsung, para aktivis partai atau politisi di Jabar yang belum
berkesempatan pada hari Rabu itu, secara bergantian melakukan kontak telepon
maupun video call ke masing-masing peserta. Minggu depannya pembahasan harus
keroyokan dari berbagai narasumber.
“Insya Alloh, kami akan hadir pada minggu depan. Ini ajang yang
menarik. Apalagi tempatnya ada di Kang Eka yang kami anggap sebagai teman dan sekaligus
guru dalam hal politik,” kata rekan Ginanjar yang kebetulan hari itu sedang
berada di luar kota –“Minggu depan, dipastikan hadir di Pasir Impun.”
Eka Santosa di akhir acara menyatakan: ”Saya optimis ajang ini akan
semakin semarak di hari-hari mendatang. Tadi sedikitnya, ada 5 personal dari
tiga partai politik selain yang hari ini hadir untuk datang pada minggu
mendatang.”(Harri Safiari/Isur)
No comments
Post a Comment