Jurusan Bahasa
dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati
(SGD) Bandung menggelar Seminar Nasional bertajuk "Bahasa dan Sastra Arab
bagi Non-Arab: Kajian dan Penelitoan" dengan menghadirkan narasumber Dr.
Hindun, M.Hum (Departemen Antar Budaya FIB UGM), Dr. Siti Isnaniah, M.Pd (IAIN Surakarta),
di Aula Utama FAH lantai IV, Kampus I, Jl. A.H. Nasution No 105 Cipadung,
Cibiru Kota Bandung, Jumat (15/11/2019)
Dalam
sambuatannya Dekan FAH, Dr. H. Setia Gumilar, M.Si, mengucapkana selamat datang
kepada kedu narasumber yang telah hadir di UIN SGD Bandung. Dekan FAH,
menuturkan dampak era 4.0 diprediksi semakin memunculkan problem kemanusiaan,
seperti tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan (humaniora) dan local wisdom,
karena terkooptasi oleh relasi dan kultur mekanik layaknya mesin. Relasi manusia
pun semakin mekanistik, individualistik, dan manusia layaknya robot yang hidup.
FAH UIN SGD
Bandung sebagai bagian dari lembaga pendidikan Islam, dituntut berperan aktif
dalam pengembangan ipteks dan masyarakat yang memiliki keseimbangan antara etos
pengembangan ipteks dengan prophetic ethics, khususnya terkait dengan tridarma
perguruan tinggi. Caranya dengan memasilitasi forum ilmiah, menciptakan iklim
kondusif untuk penelitian dan publikasi karya-karya ilmiah yang strategis dalam
pengembangan masyarakat muslim.
Dekan FAH,
berharap dengan digelarnya konferensi internasional ini merupakan bagian dari
upaya untuk terus mengembangkan penelitian dan pengembangan dunia keilmuan
berparadigma wahyu memandu ilmu (WMI).
"Mudah-mudahan
dengan adanya seminar nasional ini dapat memberikan kontribusi yang baik,
positif dalam mengembangkan kurikulum jurusan BSA. Mengingat jurusan BSA tengah
mempersiapkan akreditasi dari Asia. Oleh karena itu, pengembangan mutu,
kualitas, lulusan, harus ditingkatkan supaya mendapatkan akresitasi
AUN-QE," tegasnya.
Dr. Hindun
menjelaskan Bahasa dan Sastra Arab sangat berpotensi bagi peneliti di
Indonesia. Menurutnya, penelitian bahasa dalam rangka penelitian akademik
adalah penelirian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap
objek sasaran berupa bahasa. Sedangkan penelitian sastra dalam rangka
penelitian akademik adalah hasil aktivitas pemahaman dan penilaian karya sastra
yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan modern.
Objek material
penelitian Bahasa Arab itu berupa fakta-fakta kebahasaan yang meliputi buku,
karya Sastra: Novel, cerpen, teks, drama, cerita bergambar, media off-line
seperti majalah, koran, pamflet, iklan dan media online, seperti majalah,
koran, pamflet, iklan, tulisan dalam blog.
Untuk objek
formal penelitian Bahasa Arab, meliputi masalah yang berkaitan dengan fonologi
(pelafalan orang Indonesia), morfologi (pembentukan kata baru, tawlid),
sintaksis (struktur kalimat), pragmatik (berhubungan dengan situasi tutur dan
nilai budaya), semantik (makna satuan bahasa dalam kata, frasa, klausa,
kalimat, dan teks).
"Sedangkan
objek material penelitian Sastra Arab itu novel, cerpen, teks drama, puisi
(Multazim/Hurr), Al-Ḥikam wa al-Amṡāl, khusus untuk di Indonesia adalah
karya-karya berbahasa Arab yang ditulis oleh orang Indonesia atau karya sastra
yang terpengaruh oleh bahasa dan atau sastra Arab," tegasnya.
Mengenai
perbedaan peneliti Arab dengan peneliti Non Arab, Dr. Hindun menegaskan
peneliti Arab meneliti karya sastra Arab dengan prespektif mereka sendiri.
Peneliti non Arab memahami simbol-simbol yang digunakan orang Arab, termasuk
gaya bahasa.
"Peneliti
non Arab (Indonesia) meneliti karya sastra Arab dengan prespektif orang
Indonesia yang mempunyai pandangan sendiri dalam memahami permasalahan yang
ditemukan karya sastra Arab. Hasil penelitian peneliti non Arab dapat berbeda
dengan peneliti Arab karena perbedaan prespektif tadi," paparnya.
Soal teori yang
dimanfaatkan dalam sebuah penelitian bahasa dan sastra Arab: Pertama,
Teori-teori linguistik umum yang dipadukan dengan kekhususan yang ada dalam
kaidah bahasa Arab. Kedua, Teori-teori sastra seperti strukturalisme, pasca
strukturalisme, semiotik, psikologi sastra, sosiologi sastra, feminisme,
fiksi populer, poskolonialisme, adab al-muqawamah.
Menurut Dr.
Siti, untuk membiaskan publikasi ilmiah bagi mahasiswa dan dosen, "harus
dimulai dari tradisi menulis, keterampilan bahasa yang paling produktif,"
paparnya.
Academic
writing bisa berupa artikel, buku, makalah, modul, skripsi, teris dan
disertasi. Sedangkan academik buku di lingkungan perguruan tinggi bisa berupa
bunga rampai, buku ajar, monograf, modul dan buku referensi.
Buku ajar,
manual untuk pengajaran sebagai pegangan untuk suatu mata kuliah tertentu dan
sarana pengantar ilu pengetahuan. Modul memuat bahan ajar untuk suatu mata
kuliah yang ditulis oleh dosen yang penulisannya mengikuti kaidah seperti bahan
ajar. "Modul biasanya untuk prodi vokasi atau profesi yang diakhiri dengan
uji kompetensi," jelasnya.
Buku referensi,
yaitu buku yang memuat suatu himpunan informasi, biasanya spesifik, yang
dikumpulkan dalam bentuk buku untuk kemudahan dalam referensi. Monograf adalah
suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada
satu topik atau hal dalam suatu bidang ilmu kompetensi penulis.
"Sedangkan
bunga rampai memiliki unsur-unsur yang sama dengan bentuk buku ilmiah, tetapi
berbeda dalam prolog dan epilog," paparnya.
Baginya, karya
tulis ilmiah adalah laporan tertulis baik dipublikasikan atau tidak yang dibuat
dengan kaidah yang benar (kohesif dan koherensif) berdasarkan penelitian atau
kajian terhadap suatu ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni serta memenuhi
etika keilmuan.
"Untuk
artikel ilmiah dikategorikann IMRAD itu harus ada judul, nama penulis, abstrak
dan kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan diskusi, penutup dan daftar
pustaka," ujarnya.
Mengenai Jurnal
Bahasa Sastra Arab naskah tulisan kita bisa dikirm ke Diwan UIN Alauddin
Makasar, Al-Fathin IAIN Metro Lampung, A Jamiy UM Gorontalo, Al Ma’rifah UNJ,
JILSA UIN Sunan Ampel Surabaya, Adabiyyat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan
Okara IAIN Madura.
Ketua
pelaksana, Asep Supianudin, M.Ag. menuturkan seminar nasional BSA ini
meruapakan rangkaian Pekan Ilmiah (PIM) yang ddikuti oleh seluruh dosen Bahasa
dan Sastra Arab, dan mahasiswa semester 7.
Kajian Bahasa
dan Sastra Arab bagi Non-Arab ini menjadi mata kuliah tambahan bagi mahasiswa,
'Saya berharap melalui seminar ini dapat merajut kesepahaman bersama untuk
meningkatkan kualitas, penelitian, publikasi jurnal terakreditasi dan
bereputasi," pungkasnya.[rls/IS]
No comments
Post a Comment