BANDUNG - Eka
Santosa Ketua Umum DPP Gerakan Hejo kembali mengudara di acara talkshow RRI
Bandung Pro 1 FM 97,6 pada Selasa, 5 November 2019. Talk show di awal musim
hujan di Jawa Barat ini dipandu penyiar RRI Yulianti Tanuwijaya dan Tika
Amalia.
Eka Santosa
yang belakangan ditemani rekannya Betha Kurniawan dari divisi Hejo Tekno dari
Gerakan Hejo yang fokus menangani masalah persampahan, saling bergantian
membedah sebab-akibat banjir tahunan di Jabar khususnya di seputar Sungai
Citarum, juga membahas soal sampah, sekaligus menyajikan solusinya.
Talkshow ini
secara interaktif dilengkapi nara sumber Dadang Supriatna dari Komisi V DPRD
Jabar, dan beberapa pendengar dari berbagai daerah di Jabar seperti Bogor dan
Soreang.
Intinya, Eka
Santosa dan Betha Kurniawan untuk kesekian kalinya mengingatian semua pihak,
menghadapi musim banjir kali ini:
"Waspadai
soal sampah. Kita sudah 74 tahun merdeka, ternyata masih belum merdeka dari
persampahan. Serakan sampah itu ada dimana-mana, jadi penyebab banjir, sumber
penyakit, dan perusak keindahan, sayangnya sampah masih ditangani secara
primitif. Dari rumah dengan sedikit olahan 3R (reuse, reduce, recicle), lalu ke
TPS, dan terakhir ke TPA. Ini sampah terus digigiwing (dibawa
kesana-kemari)," ujar Eka yang di timpali Betha - "Harusnya, ada
solusi dimusnahkan di lingkungan terdekat. Ini memang area sentuhan teknologi
tepat guna, kami punya dengan konsep KAMISAMA (Kawasan Minimasi Sampah
Mandiri)?!"
Sementara itu,
Dadang Supriatna yang sudah mengamati carut-marut penataan lingkungan di Jabar
yang menurutnya masih perlu dibenahi dengan lebih terprogram, dalam ujarannya
menghimbau semua pihak terkait untuk lebih fokus memecahkan masalah lingkungan
ini: "Semua stakeholder harus kompak, dan hilangkan ego sektoral,"
ujarnya sambil menghimbau -"Jangan sewang-sewangan lah antarpara
pihak".
Hal yang
menyentak lainnya dari paparan Eka Santosa, kembali disinggung habisnya dana
APBD dan APBN dalam kurun waktu 12 tahun terakhir untuk revitalisasi sungai
Citarum:
"Dalam
catatan Gerakan Hejo sudah habis dana sekitar Rp32 triliun untuk pengerukan
sedimentasi dan sebagainya. Anehnya, pola ini terus berulang, tanpa merubah
Citarum hingga terbitnya program Citarum Harum sesuai Perpres No. 15 Tahun 2018
tentang 'Revitalisasi Citarum'."
Paparan Betha
yang mengupas pentingnya pemusnahan sampah dengan konsep KAMISAMA ternyata
sudah direspon banyak pihak:
"Saat ini
sudah diterapkan untuk kalangan terbatas di beberapa RW di Bandung Raya.
Sedikitnya, sampah sisa olahan model 3R, langsung musnah tanpa harus ke TPA
lagi. Ini memotong in efisiensi selama ini."
Tak kurang
menariknya, Eka Santosa dalam talkshow ini yang sempat berinteraksi dengan
Dadang Supriatna menyinggung kekecewaannya atas penggunaan lahan 'resapan' di
sekitar lapangan Gasibu di seberang Gedung Sate.
"Lahan yang
dulu saya waktu di DPRD Jabar direkomendasikan untuk RTH (Ruang Terbuka Hijau),
sekarang malah jadi gedung DPRD Jabar dan Hotel Pullman. Alih fungsi lahan ini,
tidak jelas dan diduga sarat dengan unsur manipulatif. Hingga kini tak ada
kejelasannya."
Alhasil,
kupasan materi di talk show ini oleh banyak pendengar RRI Bandung, dirasakan
menggugah banyak kalangan. "Sering-seringlah RRI mengupas masalah
lingkungan seperti ini. Banyak manfaatnya untuk kami di lapangan," kata
Endang (40) warga Parongpong KBB salah satu pendengar setia RRI yang
sehari-hari bergiat di bidang lingkungan hidup.(HS/IS)
No comments
Post a Comment