Studi agama
sedang menjadi tren di dunia global. Kenyataan ini mengingat peran agama yang
sentral dalam berbagai bidang mencakup politik, ekonomi, dan budaya.
Dekan Fakultas
Ushuluddin (FU) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD)
Bandung, Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag. menekankan untuk melakukan penguatan
terhadap studi agama.
“Studi agama
ditempuh melalui penelitian literatur terhadap sumber-sumber baru hasil
penelitian. Juga ditempuh melalui penelitian lapangan dengan menggunakan
berbagai metodologi yang relevan serta ditopang oleh multi-pendekatan yang
holistik”, papar Dekan FU saat memberikan sambutan pembukaan acara Milad
Jurusan Studi Agama-Agama (SAA) ke-51 di Aula Abjan Soeleman, Kampus I, Jl. AH.
Nasution No. 105 Cibiru, Bandung, Senin, (11/11/2019).
Ditegaskan
bahwa posisi dosen dan mahasasiswa merupakan mitra dalam aktivitas akademik.
“Harus tercipta kemitraan antara dosen dan mahasiswa dalam pengajaran,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan publikasi ilmiah. Mahasiswa tidak
boleh tidak bermitra dengan dosen. Mahasiswa harus bermitra dengan dosen dalam
pelaksanaan tridarma Pendidikan tinggi”, tegas Yudi.
Ditekankan pula
bahwa implementasi nilai inti utama dalam seluruh aktivitas akademik Fakultas
Ushuluddin “Titip untuk pelaksanaan Ushuluddin tiga nilai inti, yaitu
kepemimpinan, pelayanan, dan kolaboarasi. Tiga nilai inti ini harus menjadi
prinsip dasar dan landasan bersama untuk berbagai aktivitas Fakultas
Ushuluddin”, lanjut Yudi.
Akreditasi
menjadi kebanggaan mahasiswa, orang tua, dan penyelenggara Pendidikan tinggi.
“Seluruh jurusan di Fakultas Ushuluddin mesti terakreditasi A dalam periode
ini. Yang masih B kita tingkatkan menjadi A. Yang sudah A ditingkatkan lagi
untuk pengakuan tingkat ASEAN. Jurusan harus menjadi kebanggaan semua kita
dalam kompetisi di tingkat nasional dan regional Asia Tenggara”, papar Yudi
Distingsi dan
Keunggulan
Ketua Jurusan
Studi Agama-Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin (FU);UIN SGD Bandung, Dr. Dadang
Darmawan, M.Ag., berkomitmen untuk menguatkan tujuan bersama. “Kita pastikan
seluruh mahasiswa lulus menjadi sarjana tepat waktu. Kita dorong pula agar
lulusan dapat studi lanjut dengan memanfaatkan beasiswa seperti LPDP”,
ungkapnya.
Jurusan Studi
Agama-Agama memiliki peran sentral untuk terlibat dalam isu-isu seputar
humanity, multikulturalisme, dan studi budaya. “Budaya merupakan kekayaan
manusia. Tidak sekelompok pun boleh memaksakan budayanya. Kegiatan ini sangat
positif untuk memotret kekayaan budaya yang harus dijaga dan tidak boleh
tergerus. Jurusan Studi Agama-Agama harus memiliki spirit dalam agenda
multikulturalisme melalu kolaborasi dengan stakeholders untuk menumbuhkan
harmoni sebagai distingsi dan keunggulan UIN SGD Bandung”, pungkas Dadang.
Agenda Milad
ini merupakan puncak dari berbagai kegiatan, seperti Voice of Religious Studies
(VORS), Ngaji Nusantara dengan tema “Senja Budaya Di Bumi Nusantara”, berbagai
kreativiatas mahasiswa, dan lain-lain.
"Agama
hidup di dalam budaya yang menuntut mahasiswa untuk mengerti kebudayaan. Itu
sebabnya kami mengambil tema Senja Budaya Di Bumi Nusantara”, ujar Sihabuddin
Syafiq Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Studi Agama-Agama.
“Milad Jurusan
Studi Agama-Agama sendiri mengambil tema Humanity for Harmony”, ungkap Sayid
Hakim, Ketua Pelaksana Milad Jurusan Studi Agama-Agama ke-51.
Ngaji Nusantara
Ngaji Nusantara
menghadirkan budayawan Budi Dalton dan Ginanjar Akil. Budi Dalton merupakan
aktor Kota Bandung yang juga dikenal sebagai biker dan pernah menjadi presiden
dari komunitas Bikers Brotherhood, serta mengajar di Universitas Pasundan
Bandung. Adapun Ginanjar Akil merupakan penghayat ajaran leluhur yang yang
termasuk dalam kepercayaan Sunda Wiwitan.
Kalender
penanggalan Sunda merupakan kekayaan dan warisan budaya leluhur yang kurang
mendapat perhatian. “Kalender Sunda perlu disebarluaskan di dunia pendidikan.
Ini penting untuk pembelajaran dan terbukti kalender Sunda memiliki tingkat
akurasi yang dapat diuji secara ilmiah. Ideal juga bila terdapat perayaan tahun
baru Sunda seperti perayaan tahun baru Masehi”, papar Budi Dalton.
Budaya leluhur
Sunda memiliki keakraban dengan alam dan lingkungan. “Ada banyak ajaran dalam
budaya leluhur Sunda yang tidak terawat yang akhirnya punah. Padahal, ajaran
leluhur memberikan banyak petunjuk bagaimana melakukan komunikasi dengan alam
untuk menjaga kelangsungan dan kelestarian’, ungkap Ginanjar Akil.
Studi agama
dari perspektif pendekatan penelitian budaya sangat mungkin dilakukan. “Studi
agama menuntut gambaran iman dalam wujud nilai inti yang dijelaskan secara
sistematis. Sehingga nilai inti iman menjadi acuan praktis. Ketika nilai inti
ini hendak diaktualisasikan di masyarakat maka dibutuhkan negosiasi dengan
nilai-nilai kearifan local yang telah tertanam. Di sini penting sekali
dilakukan kolaborasi studi agama dan studi budaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai
inti di masyarakat”, tegas Dekan FU.
Acara puncak
Milad menampilkan pula kreasi mahasiswa dari beberapa angkatan Jurusan Studi
Agama-Agama. Acara ini dihadiri sekitar 150 orang terdiri atas mahasiswa,
dosen, dan undangan. Dari kalangan dosen tampak hadir Dr. Abdul Sykur, MA., Dr.
Husnul Qodim, M.Ag., Dr. Roro Srirejeki, Dr. Deni Miharja dan Imron Rosadi,
M.Ag. Hadir pula Dr. Muchlas, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ushuluddin. Berbagai rangkaian agenda acara berjalan sukses dan lancar.
“Selamat dan sukses untuk Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN SGD
Bandung”, pungkasnya.(rls/IS)
No comments
Post a Comment