SUMEDANG - Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN SGD Bandung harus
mengembangkan atau mereview kurikulum, dalam rangka introspeksi diri,
menyelaraskan dengan perkembangan zaman, senantiasa update, guna melahirkan
alumni yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Demikian salah satu pokok pikiran yang muncul dalam seminar
“Penguatan Sistem Kelembagaan Peradilan Agama di Indonesia” yang digelar
Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN SGD Bandung, di Puri Khatulistiwa
Sumedang, Senin (09/12/2019).
Seminar menghadirkan narasumber Sekretaris Pengadilan Tinggi Agama
(PTA) Jawa Barat Drs H Ach Jufri, SH, MH; serta dua Hakim Tinggi PTA Drs H
Muslih Munawar, SH dan Drs H Uwanuddin Usman, SH,MH. Acara dibuka oleh Wakil
Rektor I UIN SGD Prof Dr H Rosihon Anwar, M.Ag; Dekan FSH Dr Fauzan Ali Rasyid,
M.Si; Wakil Dekan I Dr H Syahrul Anwar, M.Ag; Wakil Dekan III Dr H Aden Rosadi,
M.Ag; para ketua dan sekretaris jurusan, para dosen dan tenaga kependidikan.
“Kita menggelar seminar ini dalam rangka menyelaraskan kurikulum
dengan kebutuhan pasar. Inputnya tentu dari PTA, karena prospek alumni kita di
antaranya menjadi hakim, panitera, jurusita di Pengadilan Agama (PA). Sebagai
tindak lanjutnya, kita mesti mengembangkan atau bila perlu mereview kurikulum,”
ujarnya.
Pengembangan kurikulum tersebut, lanjut Dekan, harus didasarkan
atas kebutuhan pasar, kebutuhan pengembangan keilmuan, dan pengembangan
karakter. Secara normatif, hal itu bisa diakses dengan berbagai pelatihan dan
pendidikan melalui praktikum keahlian.
“Atas kepentingan itu, praktikun mahasiswa di PA-PA setiap tahunnya
harus dimaksimalkan dan diidealkan, tidak sekadar mengamati dan waktunya jangan
terlalu singkat, hanya dua minggu,” kata Dekan, didampingi Wakil Dekan I Dr H
Syahrul Anwar.
Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag sangat
mengapriasiasi kinerja FSH dalam mengembangkan kurikulum yang selalu update dan
selaras dengan perkembangan zaman. Tidak baik jika aspek fisik saja yang
berkembang, sementara kurikulum dan sistem pembelajarannya tidak berubah. Itu
ketinggalan zaman. Terlebih jika dikaitkan dengan cita-cita UIN SGD Bandung
yang ingin menembus peringkat 10 PTN (Perguruan Tinggi Negeri) terbaik
nasional, pengembangan kurikulum menjadi keharusan.
“Menjadi sepuluh besar PTN terbaik nasional bukan suatu yang
mustahil, walaupun itu berat. Kita canangkan dan targetkan lima sampai sepuluh
tahun ke depan, dengan memaksimalkan berbagai potensi yang ada,” ujarnya.
Indikator PTN terbaik meliputi kualitas SDM, yang mencakup rasio
mahasiswa dan dosen, persentase lektor kepala dan guru besar, serta jumlah
dosen dengan pendidikan Strata 3. Selain itu, yang menjadi penentu adalah
kualitas kelembagaan. Itu ditandai
dengan akreditasi A jurusan/program studi dan kelembagaan, termasuk jumlah jurusan/prodi
yang terakreditasi internasional, jumlah kerjasama perguruan tinggi, dan jumlah
mahasiswa asing.
Lalu, seberapa baik kinerja unit kegiatan mahasiswaannya. Kualitas
penelitian dan pengabdian pada masyarakat, memiliki cakupan yang lebih luas
yaitu jumlah artikel ilmiah terindeks scopus per jumlah dosen, kinerja
pengabdian pada masyarakat, dan kinerja penelitian. “Termasuk kualitas inovasi
kampus kita, tak luput dari penilaian,” jelasnya.[rls/IS]
Disadur dari sumber dan foto: Humas UIN SGD Bandung
No comments
Post a Comment