BANDUNG kedatangan tokoh gaek di bidang lingkungan hidup, Yoyon
Suharyono. Ia sang direktur eksekutif Yayasan Buruh dan Lingkungan Hidup (YBLH)
Cirebon yang nyentrik tetapi garang untuk urusan limbah, galian C, Amdal, dll.
Namun kedatangannya ke Bandung kali ini bukan untuk 'curhat'
kepada gubernur soal lahan kritis, ia justru mengajak diskusi soal solusi
mengatasi huru-hara dan kerusuhan besar-besaran dengan menciptakan 'Pertanian
Pekarangan'. Memang unik, tetapi sayang, gubernur masih sibuk. Yoyon pun
menunggu kedatangan rekannya seorang pejabat eselon II dari Pemprov Jabar.
Tak ada rotan, akar pun jadi. Begitulah ia bergumam, tak ada
gubernur kepala dinas pun boleh lah diajak diskusi. Namun sama saja sang
pejabat itu pun sibuk mengikuti rapat penting dengan gubernur. Waduh,
konsep yang akan ia curhatkan bakal menemui jalan buntu nih.
Sejurus kemudian Sekjen YBLH, Suryana, yang tinggal di Kota Bandung
pun muncul setelah Yoyon kontak. Suryana selain Sekjen YBLH ia juga seorang jurnalis, penulis
fakta, dan Kepala Biro di sebuah station televisi lokal di Jawa Barat.
"Sepertinya lebih enak ngobrol sama wartawan," kata Yoyon berseloroh,
di sebuah kafe di Jln. Riau Bandung, awal pekan di akhir Desember 2019 lalu.
Yoyon sontak bercerita bahwa suatu saat di kecamatan Sumber, Kab.
Cirebon, akan terjadi kerusuhan besar. Cara menceritakan peristiwa fiksi itu
pun Yoyon begitu berapi-api. Tapi Yoyon tidak menjelaskan apa penyebab kerusuhan itu. Yang
pasti, kata dia, Alfamart, Yomart, Indomart atau ritel lain yang ada martnya alias
produk kapitalis akan dibakar massa.Begitu selorohnya.
Pada saat itu, lanjut Yoyon, makanan yang dijual di ritel tadi habis dihancurkan perusuh.
Masyarakat yang terbiasa dengan 'manjaan' makanan cepat saji pun kebingungan,
kehabisan persediaan. Bahkan beras yang dijual di supermarket juga hancur. Gilanya
lagi, telor, sayuran, buah-buahan, dan bahan pokok lainnya sulit ditemui
setelah kerusuhan.
Yoyon tersenyum, "kondisi itu tidak membuat keluargaku riskan".
Pasalnya, ia punya kebun kecil berukuran 150 meter persegi. Yoyon begitu pede
dengan kondisi darurat pangan selama sebulan pasca kerusuhan. Sebab, di pekarangan rumahnya itu ia
sediakan semua keperluan bahan makanan.
Sambil menghela nafas dalam-dalam, Yoyon melanjutkan ceritanya. Di kediaman
barunya itu di kawasan Palm Asri, Kelurahan Pasalakan, Kec. Sumber, Kab.
Cirebon, Yoyon membuat satu Pekarangan pertanian. Di area seluas 150 meter
persegi itu ia bikin peternakan bebek, entog, ayam, angsa. Lain itu ada
perikanannya dengan membuat kolam terpal, ada ikan gurame.
Berputar badan sedikit dibuat juga green housenya hydroponik.
Tetapi di bawah hydroponik itu ada kolam ikan nila. Tak kalah dari itu semua Yoyon
juga bikin tanaman dapur yang menyediakan tanaman cabe, jahe, bawang, lengkuas, dll.
Dalam satu bulan persediaan bahan makanan cukup untuk makan sekeluarga.
"Saya sudah siapkan beras, mie instan, kalau perlu telor 'kan tinggal ambil
di kandang ayam. Rempah-rempahnya sudah cukup komplit, sayurannya juga ada. Ya kalau bumbu gampang
kita stok dari sekarang," papar Yoyon.
Demplot Pertanian Pekarangan itu menjadi ikon ketahanan pangan bagi
penduduk yang kreatif dan ingin survive. Masalahnya, Indonesia yang dulunya
negeri agraris sekarang menjadi negeri krisis. Krisis pangan, menurut Yoyon, lebih
disebabkan karena banyak terjadi alih fungsi lahan.
"Akibat itu pula maka kita mengalami krisis air yang
mengakibatkan krisis energi karena air tidak mampu lagi menggerakkan turbin
PLTA dan berimbas ke krisis pangan. Yang paling berbahaya dari krisis pangan
akan berujung pada munculnya krisis moral. Ini akan membuat negeri kita kacau,"
papar Yoyon yang dijuluki Manusia Mangrove sejak tahun 2004 itu.
Menurut Yoyon, orang bersekolah tetapi yang selalu dibicarakan
hanya kerja dan pekerjaan. Sekolah hanya menghasilkan paradigma menjadi jongos
di negeri sendiri. Sekolah tidak pernah membicarakan bagaimana nasib perut
nanti.
Tempat Diskusi
Lain hal lagi, masih di pekarangan yang sama, Yoyon juga membuat
perkebunan melati dan kenanga. Kelak jika sudah berjalan ia menargetkan akan
dibangun destinasi wisata di lahan secuil itu. "Saya akan ciptakan wisata
edukasi," tandas Yoyon.
Paling penting dari seluruhnya adalah tempat itu akan disulap
menjadi wahana diskusi tentang segala persoalan kehidupan. Mau bicara politik,
sosial, budaya, masa depan, dll, juga bisa dilakukan. Para pengamat sampai
pejabat akan diajak bicara tentang berbagai persoalan. "Apa sebab dan apa
solusinya," imbuh Yoyon.
"Kita juga sediakan sejumlah rak buku untuk perpustakaan. Boleh
nyumbang buku apa saja, asal jangan buku porno. Maka dari itu kita akan
ciptakan Manusia Pekarangan menjadi Manusia Kebun untuk bertahan hidup
satu bulan," ucap Yoyon.
Dari demplot kecil itu, Yoyon akan banyak bicara soal ketahanan pangan. Ia akan tularkan kepada sejumlah kelurahan dan desa di Kabupaten Cirebon. Masa depan pertanian nasional berada di pemikiran masyarakat yang ingin bertahan hidup dan tidak mengandalkan sumbangan impor.
Tapi bagaimana jika ternyata tidak terjadi kerusuhan, huru-hara,
apalagi bencana moral secara masif dan sporadis di negeri ini? Jawab Yoyon, bertahan hidup
itu tidak harus dalam kondisi darurat saja. Dalam kondisi normal pun bertahan
hidup dengan sistem Pertanian Pekarangan jauh lebih bagus, sebab kita akan hidup lebih
lama," pungkas cucu pencipta Nasi Jamblang yang cukup terkenal di Cirebon hingga macanegara itu.[isur]
No comments
Post a Comment