JAKARTA - Kerja keras, cerdas, cermat, ikhlas, niat karena Allah
dan tawakal menjadi faktor yang tidak boleh diabaikan dalam mewujudkan UIN
Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung yang unggul, kompetitif menuju Word Class
University (WCU).
Pernyataan itu disampaikan Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H.
Mahmud, M.Si. saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Fakultas Adab dan Humaniora
(FAH) bertajuk "Menguatkan Akuntabilitas Tata Kelola Akademik dan
Administrasi dalam Rangka Penguatan Mutu Tri Dharma Perguruan Tinggi di FAH UIN
SGD Bandung" yang berlangsung di hotel Mercure Ancol, Jakarta, Jumat
(24/01/2020).
Rektor menyampaikan tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah
disepakati antara rektor dengan para dekan sebagai rujukan. Untuk cita-cita UIN
SGD Bandung menjadi word class university harus dimulai secara bertahap.
"Tentu tidak mudah dan butuh waktu untuk menuju word class
university, tapi ini harus menjadi prioritas dan dilakukan secara bertahap.
Karena Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) semua prodinya sudah terakreditasi A
semua, maka untuk level nasional sudah selesai, berikutnya bertahap untuk level
Asean, Asia dan kemudian internasional," paparnya.
Rektor menegaskan faktor lain menuju World Class University (WCU)
yang tidak boleh dilupakan semangat kebersamaan, dan jangan sampai mengabaikan
urusan kecil yang berpotensi menjadi batu sandungan.
"Kerjakan dari yang besar sampai hal-hal kecil, urus semua
yang menuju ke situ (Word Class University) dengan baik, termasuk masalah
publikasi ilmiah. Kerjakan semuanya dengan niat karena Allah, semangat dan
keikhlasan, insyaallah dimana ada kemauan disitu ada jalan, karena kita hanya
berusaha dengan maksimal, soal hasil kita tawakkal pada Allah, sebagaimana
pepatah 'انا اريد وانت تريد والله يفعل ما يريد' (Saya ingin, kamu ingin, dan Allah
memutuskan sesuai Kehendak-Nya)," jelasnya.
Dekan FAH, Dr. H. Setia Gumilar, M.Si..menekankan tentang
pentingnya acara Rakor untuk menjalin kebersamaan kesepahaman antar ASN di
lingkungan fakultas. "Kebersamaan dan kesepahaman menjadi faktor utama
untuk menunjang peningkatan mutu tri dharma di lingkungan Fakultas Adab dan
Humaniora," ujarnya.
Menurutnya, ada dua isu penting dalam Rakor ini; pertama, internal
tentang peningkatan akreditasi di tingkat Asia Tenggara (AUN-QA). Kedua,
eksternal tentang publikasi ilmiah para dosen FAH, baik jurnal maupun
kepemilikan HKI dosen yang berjumlah 80 sertifikat.
"Semua prodi di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) sejak lama
sudah bernilai A, sekarang waktunya, sesuai instruksi Pak Rektor, kita akan
mulai mempersiapkan diri untuk AUN-QA, karena pihak fakultas telah
mempersiapkan bantuan dana di tahun ini untuk publikasi ilmiah para dosen agar
menjadi tambahan semangat dalam meneliti," tuturnya .
Diakuinya, tantangan eksternal yang dihadapi di masa depan sangat
kompleks. Dengan mengutip tulisan Dendy Raditya yang di muat di IndoPROGRESS, 6
April 2016 tentang Matinya Ilmu Sosial
dan Humaniora, Matinya Kemausiaan Kita.
Dalam tulisan itu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe
menginstruksikan untuk menutup fakultas-fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang
ada di 60 universitas nasional di negaranya. Terdapat 26 universitas
diantaranya mengkonfirmasi akan menutup atau menimbang ulang keberadaan
fakultas-fakultas tersebut.
Dalam pandangannya, saat ini ilmu sosial dan humaniora sering
dianggap sebagai jurusan kelas dua dan orang lebih mengutamakan ilmu praktis
atau eksakta.
"Salah satu dampak dari revolusi industri, adalah hilangnya
nilai-nilai kemanusiaan, sehingga saat ini rasanya tidak wah, jika tidak kuliah
di jurusan fisika, kimia, teknik dan ilmu eksakta lainnya. Ini menjadi
tantangan bagi kita untuk membuktikan bahwa ilmu sosial dan humaniora tidak
kalah penting dengan ilmu lainnya, agar nilai-nilai kemanusiaan tidak merosot.
Semoga kedua isu ini bisa dijadikan pijakan untuk menelurkan program-program
kerja pada Rakor kali ini," tandasnya.
Pergeseran Sistem
Rakor yang diikuti seluruh dosen dan tenaga pendidik di lingkungan
FAH UIN SGD Bandung dari tanggal 23-25 Januari 2020 dihadiri Guru Besar Ilmu
Al-Quran dan Tafsir, Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ., MA. Guru Besar Ilmu
Sejarah, Prof. Dr. Sulasman, M.Hum.
Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M. Pd., MA. (Guru Besar Universitas
Pendidikan Indonesia) tampil sebagai narasumber yang membahas tentang
"Pergeseran Sistem Pendidikan di Indonesia Pada Era Revolusi Industri 4.0:
Realitas dan Proyeksi" yang dipandu Wakil Dekan I Bidang Akademik FAH, Dr.
Dadan Rusmana, M. Ag.
Dalam pemaparannya, Prof. Bunyamin menjelaskan dampak positif dan
negatif revolusi industri 4.0, khususnya bagi pendidikan tinggi. Salah satu
dari beberapa dampak yang cukup mendapat banyak sorotan adalah tentang
kemandirian belajar mahasiswa untuk mencari sumber belajar sendiri dan
pembelajaran yang tidak selalu harus di dalam kelas. Meskipun demikian,
menurutnya tatap muka di dalam kelas tetap diperlukan.
"Sistem blended learning (paduan tatap muka dan online)
menjadi alternatif paling tepat, karena bagaimanapun juga tatap muka tetap
penting, sebab penanaman karakter, moral atau akhlak hanya bisa dilakukan lewat
tatap muka," jelasnya.
Mantan Direktur Karier dan Kompetensi Sumber Daya Manusia pada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini menekankan pentingnya para dosen
untuk memiliki soft skill yang mampu mengimbangi perkembangan pembelajaran di
era revolusi industri, disamping memiliki kepakaran di bidang keilmuannya.
"Tidak perlu khawatir dengan perkembangan IT di era revolusi
industri saat ini, dengan catatan para dosen harus mengikuti perkembangan
dengan terus belajar agar tidak ketinggalan." tuturnya. Pentingnya
pendidik memiliki empat skill penting di masa kini, seperti critical thinking,
creative, communication dan collaboration.
"Dosen harus memiliki keempat soft skill yang penting ini dan
menularkannya pada mahasiswa. Misalnya saja, seorang dosen bahasa Inggris
mengajar writing, pernah nggak mewajibkan mahasiswa mempraktekkan written
communication dengan pihak luar? Hal seperti ini penting untuk mengajarkan
kemampuan kolaborasi pada mereka," pungkasnya.[rls/IS]
Humas UIN SGD Bandung
No comments
Post a Comment