14 Februari 2020 - Yusril Perdiansyah Nur, mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN SGD Bandung |
NTT - Tathwir/tamkin
merupakan proses dakwah yang diaktualisasikan melalui pengabdian kepada
masyarakat, jika dilihat dari perspektif akademik pengabdian kepada masyarakat
termaktub dalam Tridharma Perguruan Tinggi yang ke tiga dan itu dilaksanakan
dalam Program Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Hadirnya
program KKN NUSANTARA 3T menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi kami
karena lokasi yang dijadikan pilihan ialah Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Kebetulan Yusril, utusan dari UIN Suan Gunung Djati
Bandung menjadi anggota peserta kelompok 7 yang berlokasi di Desa Bipolo.
Pengabdian
bukanlah kegiatan main-main, jika hanya berpindah tempat tidur berpindah tempat
makan lebih indah di rumah. Namun dalam proses pengabdian, yakni proses menumbuhkan
rasa kasih sayang dan memberikan yang terbaik pada kepada yang disayangi dan diperjuangkan
dalam rangka mengabdi untuk kemajuan bangsa dan membela masyarakat, khususnya masyarakat
lemah (mustadz'afin).
Di Desa Bipolo,
Yusril ditunjuk sebagai Kordes. "Kami semua peserta KKN Nusantara
menemukan ibrah luar biasa dengan moderasi beragama di Nusa Tenggara Timur.
Pasalnya, NTT merupakan wilayah yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan
menempati peringkat kedua di Indonesia setelah Papua Barat dengan prosentase
81.1 skor indeks KUB (Kerukunan Umat Beragama) diatas rata-rata nasional versi
Kemenag 2019," papar Yusril.
Di desa ini Yusril
dkk memahami dan menjunjung tinggi nilai toleransi. "Meskipun kami, semua
peserta KKN Nusantara berasal dari berbagai Perguruan Tinggi Islam Negeri, pada
faktanya selama kami KKN tinggal satu atap bersama keluarga Umat
Kristiani/Protestan, namun kami diperlakukan layaknya anak kandung sendiri oleh
oppa kami di Desa Bipolo, Marthen L. Abani, Kepala Dusun II Desa Bipolo,"
ungkapnya.
Peserta
mahasiswa KKN Nusantara hadir untuk mengajak masyarakat membangun bersama-sama
demi kesejahteraan masyarakat bersama dan kemajuan bangsa. Dengan metode
Pengabdian Asset Based Community Development (ABCD), mahasiswa mencoba memberdayakan
potensi budaya dan ekonomi masyarakat Bipolo.
Di samping,
bertani dan beternak, masyarakat juga memilki potensi ekonomi home industri
Tenun yang diwarisi dari generasi pendahulunya. Pola pengelolaan sederhana,
motif monoton dan keterbatasan pengetahuan distribusi, mahasiwa dampingi untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan asset produksi tenun.
Upaya
menghubungkan dengan pihak sponsorship juga dilakukan. Mahasiswa KKN bekerjasama
dengan JNE untuk membantu aspek distribusi dan pemasaran. Di samping juga
menyelenggarakan festival Tenun dan perayaan seni budaya dalam rangka
mempromosikan tenun seiring dengan pengembangan budaya.
"Sayangnya
waktu berbatas, dalam pengembangan motif, masyarakat Bipolo belum sepenuhnya
bisa menenun untuk membuat tulisan dalam
karya tenunnya. Kami pun, harus berpisah," kata Yusril.
Secara umum, di
Kecamatan Sulamu, Sumber Daya Alamnya melimpah ruah, potensi ekonomi tradisi
juga melimpah, namun masyarakat terkendala pada aspek pengelolaan, manajerial
dan wawasan ekonomi. Karena terbatasnya pendidikan yang mengakibatkan sumber
daya ekonomi tidak terkelola secara optimal.
"Beberapa
strategi dan upaya pemberdayaan yang telah dilakukan selama 1 bulan dapat
dilihat di Youtube "kkn3tdesabipolo" sebagai media populer kegiatan
pengabdian kami selama 1 bulan lebih terenyuh hati mendengar aspirasi dan
harapan masyarakat Desa Bipolo di saat kami harus berpisah. Tatapan mata iba,
pelukan erat dan linangan air mata saat berpisah, seolah menggambarkan antara
kepasrahan dan penuh harapan agar KKN Nusantara akan hadir kembali,"
paparnya lagi.
Sebuah harapan
besar untuk adik-adik mahasiswa KKN Nusantara bisa kembali hadir mendampingi
setiap langkah kegiatan masyarakat mencapai kesejahteraannya.
"Saya
pribadi berharap dengan program KKN Nusantara 3T ini menjadi acuan program
kelanjutan pengabdian kepada masyarakat untuk menjadi fasilitator kemajuan karena
hakikatnya untuk mencapai Indonesia Maju, pembangunan bukan dimulai dari kota
namun pembangunan dimulai dari desa dan itu sebagian dari tugas hidup
Mahasiswa. Mengabdi dan mendampingi masyarakat menggapai cita-citanya untuk
menjadi masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur yang di Ridhoi Allah SWT,"
pungkasnya.[rls/IS]
No comments
Post a Comment