GELI
kalau kita mendengar negeri agraris dengan kekayaan alam yang melimpah seperti
Indonesia tetapi beras dan hasil palawija saja harus impor dari luar. Profesi petani
yang seharusnya menjanjikan dan bikin petani kaya raya, malah menjadi kaum
marginal yang selalu dieksploitasi oleh kelompok mafia pangan. Jadi, Indonesia
sampai detik ini sangat tidak mungkin menjadi negara dengan ketahanan pangan
kuat.
Di
era yang serba canggih ini modernisasi pertanian di Indonesia masih sangat terbelakang.
Animo menjadi petani di generasi berikutnya pun terus menurun. Kecil harapan
Indonesia kembali menjadi negara dengan pangan melimpah, surplus, bahkan bisa
ekspor beras dan hasil palawija lainnya ke luar negeri.
Namun
ada secercah harapan saat berbincang dengan Ketua Pengurus Daerah (PD) Keluarga
Besar Putra Putri Polisi Republik Indonesia (KBPP Polri) Jawa Barat, H. Mugi
Sudjana. Melalui organisasinya pemeo mengenai keinginan besar Indonesia
memiliki ketahanan pangan akan dimulai dari Jawa Barat.
Dunia
pertanian menjadi sasaran utama aktivitas KBPP Polri, di belahan utara Jawa
Barat, khususnya di Kab. Cirebon. Tidak hanya ingin mengembalikan paradigma Indonesia
sebagai negara agraris dengan hasil taninya, juga regulasi dan manajemennya
juga dibicarakan cukup serius. Berikut
petikan wawancara Redaksi dengan H. Mugi Sudjana, di kediamannya Jln. Palasari
Kota Bandung, beberapa waktu lalu:
Apa yang sudah dikerjakan KBPP untuk menyongsong Sistem Ketahanan
Pangan kita?
Masalah
ketahanan pangan ini kita harus berbuat. Kalau tidak berbuat bagaimana mau
terjadi. Sedangkan lahan di daerah kita masih banyak yang belum tergarap,
apalagi di pedesaan. Bagaimana kita meningkatkan perekonomian di desa. Salah
satunya pangan. Di desa itu, setelah saya survey ke beberapa kabuptaten, banyak
tanah desa yang belum tergarap. Minimal ada 5-20 hektar yang belum tergarap.
Saya
sebagai ketua salah satu organisasi, saya juga terus mengajak kepada anggota untuk
melaksanakan program-programnya untuk masalah ketahanan pangan. Kami sudah
ujicoba melalui organisasi kami KBPP Polri di Cirebon, kerjasama dengan salah
satu desa di Kab. Cirebon. Ketuanya sdr. Bambang, mereka sudah menjalankan sistem
ketahanan pangan, sudah membuat sawah seluas 5 hektare, sudah ditanami
bekerjasama dengan petani dan desa untuk masalah ketahanan pangan dengan cara
penanaman yang lebih baik.
Bisa
meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Itu contoh di Kab. Cirebon ada 15 hektare
lahan nganggur yang ada di desa. Dari tanah seluas itu 5 hektare untuk tanam
padi, 5 hektare untuk tanaman mangga, 5 hektare lagi untuk pariwisata. Itu
sudah dijalankan oleh anggota kami KBPP Polri di Cirebon. Ini sudah berjalan,
dan insya Allah bulan depan (Juni 2020) sudah mau panen.
Ketahanan
pangan untuk buah-buahan akan dimulai. Kita harus berbuat, karena kalau tidak berbuat
maka ini tidak akan jadi. Mudah-mudahan Jawa Barat ini punya inovasi-inovasi
untuk mengembangkan desa, meningkatkan perekonomian di desa. Karena kita harus
mempunyai kemauan. Kalau tidak begitu maka tidak akan jadi. Anggota kami di
kabupaten sudah bekerjasama dengan sejumlah kades di desa-desa.
Kenapa Harus Ketahanan Pangan?
Ya karena yang dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya Jawa
Barat, itu masalah ketahanan pangan. Apalagi sekarang sudah ada ketentuan akan mengurangi
impor. Dan impor di kita itu paling banyak impor beras. Nanti kita bisa menahan
impor, malah bisa memproduksi beras yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Indonesia ini. Sebelum menghentikan impor, kita sudah mulai
menanam, menyediakan stok beras dan barang untuk kebutuhan masyarakat.
Seberapa lama kita bisa mewujudkan ketahanan pangan?
Menanam
padi itu tidak lama, dalam setahun saja kita bisa mencukupi kebutuhan masyarakat.
Kalau kompak seluruh desa di Jawa Barat misalnya, dua tahun kita sudah bisa
memenuhi ketahanan pangan.
Apa harapannya dengan ketahanan pangan ini?
Ke
depan kalau ketahanan pangan kita kuat otomatis kita akan berhenti impor dan
mungkin kita akan bisa ekspor kalau sudah melebihi hasil pangan kita. Kita bisa
mendapatkan devisa, bisa meningkatkan perekonomian di desa. Karena negara Indonesia
akan maju jika petaninya makmur.
Pertanian dulu identik dengan orangtua, sekarang anak muda
justru menggeluti pertanian, kenapa?
Generasi
muda ini punya inovasi untuk mengembangkan pertanian. Mereka punya ilmu, yang
sudah sekolah di kota, dan ilmunya diterapkan di desanya, di kampungnya. Jangan
hanya mau diam di kota, kembali ke desanya dan kembangkan desa dengan ilmunya. Bagaimana
meningkatkan pertanian di desa. Bagaimana meningkatkan hasil taninya di desa. Dari
tadinya produksi 1 ton naik menjadi 5 ton. Jadi harus ada inovasi-inovasi pertanian
oleh generasi pemuda sebagai generasi penerus.
1.
Masalah pemasaran,
2. Hasil pertanian,
3. Petani bisa menghindari ijon.
2. Hasil pertanian,
3. Petani bisa menghindari ijon.
Kalau
petani sudah terhindar dari ijon, insya Allah petani akan makmur. Kehadiran
pemerintah dapat mengatasi ketiga masalah ini. Pemerintah memberikan
penyuluhan-penyuluhan dan menyediakan sarana-prasarana untuk para petani.
Seberapa besar pengaruh Ijon terhadap sistem pertanian dan
para petani kita?
Wah,
ini sangat berpengaruh, karena mereka bisa memainkan harga di tingkat petani. 'Kan
petani di kita kalau panen raya bukannya untung malah buntung. Saya baca di
salah satu media, ada petani kentang yang biasanya menjual dengan harga Rp14.000
perkilogram, tapi begitu panen raya dijual ke Ijon menjadi Rp4.000 perkilogram.
Petani
itu harusnya kaya raya, ini malah merugi besar. Itu contoh salah satu petani
kentang di Jawa Barat, saya baca di media seperti itu. Saya pelajari
kendalanya, kenapa ini bisa terjadi? Ternyata itu dari pemasaran. Pemerintah
harus bisa membantu pemasaran dari hasil pertanian para petani.
Apa bentuk perlawanan KBPP Polri terhadap praktik Ijon ini?
Pemerintah
harus kembali menghidupkan fungsi KUD (Koperasi Unit Desa), fungsikan juga
BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Itu harus dihidupkan... BUMDes itu harus
berjalan secara optimal, dan BUMDes memberikan pengarahan kepada para petani. Jadi
tugas dan fungsi BUMDes ini harus berjalan. Selain untuk menstabilkan harga
produksi tani di desa, juga harus bisa memberikan bibit, pupuk, benih kepada
petani. Nanti hasilnya juga akan kembali.
Petani akan menjadi kaya raya dengan hasil jerih payahnya?
Iya,
ini ada salah satu contoh petani yang mendapat kredit KUR, sekitar Rp20 juta,
untuk pembelian benih, pupuk, sampai penanaman. Petani ini perlu biaya hidup
sampai panen, sehingga dengan KUR sebanyak itu petani bisa bertahan hidup sampai
panen, dan hasil produksi pertaniannya bisa dijual ke KUD.
Untuk memerangi Ijon sendiri regulasinya harus ketat?
Iya
benar. Makanya tugas dan fungsi BUMDes di desa itu harus betul-betul bisa berjalan
maksimal.
Bagaimana caranya agar fungsi BUMDes berjalan dengan baik?
Harus
ada suntikan dana dulu, supaya BUMDes bisa memberi bantuan kepada para petani,
atau semacam KUR, dan KUR ini harus dihitung. Selama musim panen, petani ini
harus bisa hidup. Untuk peralatan, pupuk, biaya hidup itu harus benar-benar terhitung
secara terencana.
Jadi, pertanian itu harus menjadi bisnis yang menjanjikan?
Oh
iya, di luar negeri jadi petani itu kaya raya.
Apa obsesi Anda dengan ketahanan pangan ini?
Indonesia
harus kembali kepada negeri agraris dengan pertanian yang melimpah, hasil yang
baik, petaninya makmur, rakyat sejahtera.
No comments
Post a Comment